Dengan Menabung, Masa Depan Cerah Bersiap Menantimu Nak..



Mengalami getir diawal pernikahan membuatku tersadar, bahwa membangun rumah tangga ternyata tak cukup bermodal, tekad, nekad dan cinta. Semua butuh perencanaan matang, terutama urusan keuangan yang kerap menjadi masalah keharmonisan rumah tangga. Berkisah sedikit, ketika itu aku dan suamiku mengalami suramnya tak punya dana sekedar melanjutkan hidup, sementara rumah kontrakan yang kami sewa masuk tenggat waktu pelunasan atau kami harus segera angkat kaki dari tempat itu. Usaha yang baru dirintispun terpaksa mengendap karena aku memilih berkonsentrasi pada kehamilan anak pertama kami.  

Perih nian hati ini. Tak terbayang jika kami harus berpindah untuk kesekian kalinya. Keinginan untuk mandiri dari orang tuapun, rasanya nyaris pupus. Hingga saatnya, kami saling menguatkan bahwa semua ini adalah proses yang harus dihadapi bersama. Pelan namun pasti jalan terang itupun tiba, walaupun harus terpaksa mengandalkan bantuan orang tua. Bersyukur, dengan kebesaran hati, kami bisa melewati masa-masa krisis dan keluarga kecilku akhirnya bisa menempati rumah sederhana milik kami sendiri. Di istana mungilku, kami memulai lagi menata masa depan, salah satunya dengan belajar merencanakan keuangan agar pondasi rumah tangga tetap stabil untuk seterusnya, terutama untuk masa depan pendidikan anak-anak nanti.

Faktanya, saat ini untuk meraih jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi di Indonesia biayanya tidak murah dan terus meningkat setiap tahun. Seiring dengan berjalannya waktu tentu kebutuhan keluarga akan semakin banyak. Karena itu, kami mulai mengarahkan prioritas kepada perencanaan pendidikan anak sejak dini. 
https://www.validnews.idAdd caption
http://koran.humas.ugm.ac.id/files/9510/Harjo%2016-12-09%20hal%2022.jpg
http://koran.humas.ugm.ac.id


Mulai mengalokasikan sebagian penghasilan suami sebagai tulang punggung keluarga menjadi prioritas pertama dalam menata keuangan rumah tangga kami. Sulit, iya! karena anggaran yang sejatinya dirancang untuk masa depan, kerap mengalir tak terkendali akibat terdesak kebutuhan hidup yang kian hari dirasa kian mahal. Dengan kondisi keuangan yang pasang surut, mau tidak mau saya harus beraifiliasi menjadi manajer keuangan handal, agar masa depan cerah khususnya bagi dua buah hati kami tak sekedar diangan. Caranya yah dengan menginvestasikan rupiah dalam bentuk tabungan. Walaupun sebelumnya suami telah memiliki rekening pribadi, namun tanpa pengelolaan yang matang, semua jerih payah akan terasa sia-sia. Tak hanya investasi duniawi, dengan menabung secara konsisten, sebagai muslim kamipun ingin berdaya secara spritual semisal berkurban,berderma hingga berangkat ke tanah suci.
 
Menabung menjadi bentuk investasi paling mudah dengan resiko paling murah. Tak hanya melalui bank-bank milik pemerintah, berbagai lembaga keuangan mikro seperti koperasi siap untuk menampung dana masyarakat. Dengan berbagai kemudahan setoran hingga penarikan tunai seharusnya memberikan rasa nyaman untuk menginvestasikan sebagian dana yang kita miliki di lembaga keuangan tersebut. Apalagi di era digital saat ini, cukup bermodal smartphone ditangan, berbagai informasi hingga bermacam transaksi perbankan bisa diakses selama 24 jam non stop. Beberapa bank juga menawarkan kemudahan dana pendidikan, haji, kredit usaha hingga KPR alias cicilan rumah. Hal ini semakin menegaskan bahwa dengan berinvestasi via perbankan bukan hanya mencerahkan masa depan namun juga memudahkan setiap lini kehidupan. 
Indonesia merupakan salah satu dari 20 negara dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) tertinggi di dunia dan menjadi anggota dari organisasi G-20. Namun sayangnya, rasio menabung di Indonesia Menurut data terbaru Bank Dunia tahun 2017 masih berkisar diangka 34,8 % dari PDB. Sementara di negara lain, seperti China mencapai 49,2 %, Singapura  53,2% dan Korea 35,4%.  
Selain itu, rendahnya budaya menabung ditunjukkan dengan menurunnya Marginal Propensity to Save (MPS/keinginan untuk menabung) meskipun GDP per kapita meningkat. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat akses masyarakat Indonesia ke lembaga keuangan formal yang menurut Data Bank Dunia 2014 hanya sebesar 36,1% atau lebih rendah dibanding dengan negara ASEAN lain seperti Thailand, Malaysia dan Singapura.  

Bertepatan dengan Hari Menabung Internasional (World Saving Day) yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober, Otoritas Jasa Keuangan bersama Industri Jasa Keuangan (IJK) resmi mencanangkan gerakan “AYO Menabung” sebagai bagian penerapan Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 82 Tahun 2016 Tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang dikeluarkan pada tanggal 1 September 2016. 
Gerakan ini dimaksudkan untuk membangkitkan kembali budaya menabung dan investasi bagi masyarakat Indonesia. Melalui gerakan ini pula diharapkan masyarakat luas semakin mengenal ragam produk dan jasa keuangan sebagai sarana untuk melakukan aktivitas menabung dan investasi di lembaga jasa keuangan formal, yang bisa meningkatkan likuiditas tabungan domestik untuk mendukung pembiayaan pembangunan nasional dan kemandirian ekonomi masyarakat. Budaya menabung juga penting untuk menurunkan saving-investment gap atau kesenjangan antara ketersediaan dana dalam negeri dan kebutuhan dana investasi. 
Semakin meningkatnya kebutuhan dan biaya hidup membuat banyak orang beranggapan bahwa menabung semakin sulit dilakukan, sehingga turut melupakan pentingnya peran tabungan. Untuk mengatasinya langkah yang harus dilakukan adalah tetap menabung namun ada yang harus dirubah yaitu pola pikir dan gaya hidup sesuai kemampuan. Berikut tips cara menabung cerdas dan efektif

Berhenti Berhutang dan Segera Lunasi 
Semakin berkurang kecil jumlah hutang yang kita miliki, semakin cepat kita terbebas dari jeratan hutang dan tentunya semakin besar kemungkinan yang bisa dicapai untuk menabung dan menggapai impian akan kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik. 

Sisihkan Pendapatan dalam Jumlah Besar 
Rubahlah konsep dasar menabung. Jika sebelumnya jumlah tabungan didapatkan dari sisa pengeluaran, jadikan jumlah pengeluaran sebagai sisa dari pendapatan yang telah ditabungan. Atau jika memungkinkan sisihkanlah sepertiga dari pendapatan setiap bulan untuk tabungan. 

Waspadai Pengeluaran Kecil 
Mempertimbangkan setiap pengeluaran secara terperinci bukan berarti pelit, tetapi berusaha untuk mengatur arus keuangan secara efisien dan efektif. 

Sesuaikan Gaya Hidup 
Memaksakan diri dengan gaya hidup yang tidak sesuai hanya akan merugikan diri sendiri. Lebih baik terlihat sederhana namun sejahtera, daripada keren tapi terlilit hutang demi menyanggupinya. 

Tekun dan Disiplin 
Kunci keberhasilan dalam menabung adalah tekun dan disiplin. Dengan mempertahankan kedua sikap tersebut dalam menjalankannya, niscaya harapan dan tujuan dari tabungan yang terkumpul akan cepat tewujud.

Sebelum membuka rekening tabungan, alangkah baiknya anda membuat rencana terlebih dahulu tentang apa tujuan anda membuka tabungan itu. Jika Anda hanya berencana untuk menabung, sekedar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka tabungan konvensional saja sudah cukup. Tapi jika Anda memiliki rencana khusus yang ingin anda capai, maka cermati berbagai jenis tabungan dibawah ini 


Tabungan Konvensional  

Tabungan konvensional adalah jenis tabungan yang paling umum. hampir semua orang pasti memiliki tabungan jenis ini, karena memang tabungan konvensional adalah jenis yang paling dikenal di masyarakat. Ciri utama dari tabungan konvensional adalah nasabah akan memiliki control penuh terhadap tabungannya. Pengambilan uang bisa dilakukan kapan saja dan tidak ada batas waktu setoran. Semuanya ada dibawah kendali Anda melalui sebuah kartu sederhana bernama ATM.  


Tabungan Berjangka 
Jenis tabungan yang satu ini sebenarnya diperuntukkan khusus untuk Anda yang ingin menabung untuk masa depan. Pada dasarnya dengan tabungan berjangka, anda akan dipaksa untuk disiplin menabung, karena proses menabung dilakukan dengan cara auto-debet oleh pihak bank ke rekening pribadi anda, yakni uang yang anda tabungkan tidak akan bisa diambil sebelum masa jatuh tempo. Salah satu jenis dari tabungan berjangka adalah tabungan pendidikan.  

Tabungan Haji  
Sesuai dengan namanya, tabungan haji digunakan untuk melaksanakan ibadah haji. Nasabah yang berencana naik haji direkomendasikan memakai tabungan ini. Tabungan haji biasanya mewajibkan nasabahnya menyetor uang minimum Rp 100-500 ribu per bulan. Jika tabungan sudah menembus Rp 25 juta, nasabah bisa langsung mendaftar haji ke Kementerian Agama untuk mendapat nomor antrean. Setelah itu, nasabah tinggal menunggu waktu keberangkatan sambil bertahap melunasi biaya haji dengan terus menabung.

Tabungan Saham 
Jenis tabungan ini sangat pas bagi Anda yang gemar bermain saham. Umumnya, tabungan ini digunakan untuk nasabah yang bertransaksi jual-beli saham. Tabungan saham hanya bersifat sebagai penampung uang yang akan digunakan untuk membeli saham, serta untuk menyimpan laba hasil transaksi saham. Untuk menyetor saldo ke tabungan ini, nasabah tinggal transfer uang ke rekening dan tidak bisa dilakukan secara auto debit.  

Tabungan Anak 
Ingin mengedukasi anak agar rajin menabung? tabungan anak adalah solusinya. Saat ini, banyak bank di Indonesia menyediakan produk tabungan khusus untuk anak, pelajar hingga mahasiswa. Beberapa keunggulan dari tabungan anak antara lain persyaratan mudah, setoran awal rendah, biaya bulanan murah atau gratis, saldo minimum rendah, dan desain kartu ATM yang berkarakter.  

Tabungan Giro

Tabungan giro merupakan tabungan khusus untuk transaksi bisnis. Tabungan jenis ini lebih sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan. Dalam bertransaksi, nasabah (perusahaan) menggunakan cek dan bilyet giro. Sebagai catatan atas transaksi, nasabah tidak akan menerima buku rekening seperti yang anda ketahui. Namun, pihak bank akan mengirimi nasabahnya berupa rekening koran berisi daftar transaksi selama satu bulan. 


Tabungan Valas (Mata Uang Asing)

Jenis tabungan ini diperuntukkan bagi nasabah yang ingin menabung dengan mata uang asing atau sengaja melakukan investasi mata uang asing. Investasi mata uang asing bermanfaat saat naik turunnya kurs mata uang dalam negeri. Misalnya, ketika nilai tukar rupiah sedang anjlok terhadap dolar Amerika, saatnya anda menjual dolar. Sebaliknya, jika nilai rupiah naik, dolar dibeli dan ditabungkan.

Dengan segala macam pertimbangan sekaligus menggalakkan budaya disiplin menabung sejak dini seperti yang dicanangkan pemerintah, kamipun bersepakat untuk membuatkan rekening pribadi atas nama putra kami di sebuah bank milik pemerintah. Alasan kami memilih bank pemerintah, tentu saja jaminan keamanan dana yang kami simpan oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). 

Apa itu LPS? Berdasarkan UU No.24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UU LPS), LPS memiliki dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan. Kedua fungsi LPS tersebut penting agar bank dapat melaksanakan fungsi menghimpun dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan kembali dana tersebut kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Kehadiran LPS dipercaya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada industri perbankan. Kepercayaan tersebut tumbuh karena nasabah penyimpan tidak perlu khawatir akan kehilangan simpanan jika sewaktu waktu bank dicabut izin usahanya dan dilikuidasi. Selain itu, kehadiran LPS juga untuk menciptakan kesetaraan sosial yaitu dengan memberikan perlindungan kepada nasabah dari bankir yang tidak bertanggungjawab.


Harapan besar, dana yang sudah kami alokasikan setiap bulannya nanti menjadikan ananda kelak cerdas mengelola keuangan, terutama untuk biaya pendidikan hingga kebutuhan pribadi. Dan yang tak kalah penting, saya bercita-cita suatu saat nanti jika rejeki telah mencukupi, kami ingin menunaikan ibadah haji bersama-sama,semoga.  
belajar menabung dengan celengan kesayangan
sebuah harapan baru 
siap menggapai masa depan cerah




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.