Cegah Stunting Sejak Dini Itu Penting, Ini Buktinya !


Memiliki buah hati yang dalam masa tumbuh kembang rasanya campur aduk. Bisa dibayangkan, bayi merah yang beberapa waktu lalu masih dalam buaianku, kini bertumbuh menjadi balita cerdas dan menggemaskan. Celotehannya, tingkah lakunya setiap menirukan dialog upin ipin, kartun favoritnya, menjadi anugerah tak terkira dari Sang Maha Kuasa. Namun naluriku sebagai seorang ibu, terkadang tak lepas dari kekhawatiran. Takut takut pada masa pertumbuhannya ada masalah. Apalagi sekarang berbagai macam virus dan kuman penyakit datang silih berganti membuatku cemas akan mempengaruhi tumbuh kembangnya. Akupun menjadi lebih protektif dan sensitif terhadap lingkungan bermain maupun makanan yang dikonsumsi. Walaupun begitu, aku tetap harus menghargai keinginannya untuk jajan ini dan itu selama masih dalam pengawasanku. Begitu lah aku memperlakukan si adek yang sudah pintar protes, sehingga dia tetap nyaman dengan aturan yang kubuat tanpa ada keterpaksaan.  

Hingga saatnya si adik memasuki usia sekolah. Tentu saja bukan hanya mentalnya yang kupersiapkan untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Tapi juga fisiknya, agar dia siap dengan berbagai aktifitas yang menguras energi. Apalagi si adek baru memasuki usia 4 th 3 bulan yang sebenarnya masih usia PAUD. Namun melihat semangatnya yang begitu menggebu untuk bersekolah, maka akupun mengiyakan keinginannya berseragam TK . Awal masuk sekolah semua baik-baik saja. Dia ternyata sudah cukup mandiri dan cepat beradaptasi dengan dilingkungan barunya.  

Tapi hatiku sedikit risau manakala melihat tinggi badannya agak timpang dibanding  teman-teman seusianya. Apalagi jika sudah kegiatan fisik seperti berlari, melompat, meloncat. Sepertinya, adik kalah lincah dengan mereka yang badannya lebih besar dan lebih tinggi. Dan yang lebih membuatku galau, impian adek untuk masuk team drumband harus pupus karena menurut gurunya badan adek terlalu kecil atau bisa dibilang pendek untuk membawa alat drumdband yang lumayan berat.

Duh gusti, kasihan si adik. Impiannya untuk sementara harus terkubur hanya karena postur tubuh kurang ideal. Padahal adek sudah begitu bersemangat saat awal mengikuti seleksi. Dan lagi, bakat bermain musiknya sebenarnya sudah tampak sejak usia 2 tahun. Beruntung, dia tak lagi menuntut untuk ikut eskul drumband. Akupun berusaha legowo dengan keputusan gurunya.  Namun ada hal lain yang membuatku bangga. Walaupun dia tampak mungil diantara teman-temannya, ternyata otaknya boleh diadu. Daya serapnya luar biasa. Hanya dalam hitungan bulan, kognitif, bahasa dan motorik hingga imajinasinya mengalami perkembangan yang lumayan pesat. Lagi lagi aku dibuatnya haru biru.
adek zidan terlihat mungil diantara kawan-kawannya (dokpri)
Kembali ke soal tinggi badan atau stunting. Akupun tidak tinggal diam dengan kondisi si adek. Dalam benakku, aku bertekad untuk meningkatkan kualitas fisiknya, agar kesempatan untuk ikut seleksi team drumband terbuka lagi. Tidak sekarang, tapi kemungkinan nanti di SD si kakak yang juga memiliki team drumband. Walaupun kata kawanku, tak perlu terlalu risau dengan tinggi badan anakku,  karena setiap anak memiliki masa tumbuh kembang berbeda-beda. Yup, aku setuju dengan ucapannya. Tapi apa salahnya kita siapkan kualitas fisiknya semenjak dini agar tidak menyesal dikemudian hari. Dengan catatan harus sesuai dengan tahapan usianya, begitu prinsipku. 

Berikut ini merupakan tabel berat badan dan  tinggi badan ideal anak usia 1-5 tahun
tinggi badan balita
berat badan balita
https://haellosehat.com/
Untuk mengetahui tinggi badan adik apakah masuk kategori stunting atau tidak, akupun mengukur tinggi badan dan berat badan adek di balai kesehatan dekat rumah. Ternyata tinggi badan adek 95 cm dan berat 13 kg. Berdasarkan tabel diatas, setidaknya adek tidak masuk kategori stunting. Namun aku tetap harus berupaya, agar tinggi badannya maksimal dan bisa meningkatkan rasa percaya dirinya dikemudian hari. 
(dokpri)


Faktor Penghambat Pertumbuhan Anak 

Setiap orang tua menginginkan tumbuh kembang alamiah anak tidak terganggu atau melambat. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa hal yang dapat menghambat pertumbuhan yaitu:
  • Karbohidrat. Mengonsumsi karbohidrat secara berlebihan dapat memicu lonjakan insulin dalam tubuh, sehingga menurunkan produksi hormon pertumbuhan. Untuk mencegah hal ini, batasi konsumsi gula dan karbohidrat.
  • Rokok. Merokok, termasuk perokok pasif, menyebabkan naiknya kadar karbon monoksida di dalam darah, yang selanjutnya menurunkan kadar oksigen yang penting untuk pertumbuhan.
  • Genetik. Kondisi tertentu pada tiroid dan beberapa kelainan genetik lain dapat mempengaruhi pertumbuhan.
  • Kurang tidur. Tubuh menghasilkan hormon pertumbuhan pada saat tidur, oleh karena itu kurang tidur menghambat produksi hormon ini. Anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) membutuhkan tidur malam sebanyak 10-12 jam.
  • Malnutrisi. Nutrisi yang seimbang adalah hal paling dasar untuk tumbuh sehat.
  • Olahraga. Olahraga memang penting, akan tetapi olahraga tertentu dapat menghambat pertumbuhan pada anak, misalnya bergulat, lari jarak jauh, dan senam yang berat. Jenis-jenis olahraga tersebut dapat memberikan ketegangan pada tubuh dan mempengaruhi pengolahan nutrisi. 

Stunting sendiri menurut referensi yang kubaca erat kaitannya dengan periode penting dalam masa tumbuh kembang anak terutama pada usia dibawah lima tahun atau disebut juga masa emas (golden age). Karena pada usia ini pertumbuhan dan perkembangan anak sangat cepat di setiap aspek kehidupannya. Pertumbuhan anak yang baik ditandai dengan adanya perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh, seperti bertambahnya berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Sedangkan proses perkembangan biasanya ditandai dengan adanya perkembangan mental, emosional, psikososial, psikoseksual, nilai moral dan spiritual. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari.   

Masalah balita pendek atau stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita. Dilansir dari situs www.gizitinggi.org, satu dari tiga anak Indonesia tumbuh tidak optimal. Itu artinya sekitar 9 juta anak Indonesia mengalami stunting. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), Indonesia sendiri ada di urutan kelima jumlah anak dengan kondisi stunting. Sedangkan di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. 

Kemiskinan dan rendahnya pengetahuan orang tua terhadap kesehatan anak menjadi salah faktor penting terhadap tingginya prevalensi bayi stunting. Hal ini yang menyebabkan banyak anak Indonesia yang mengalami masalah asupan gizi sejak masih berupa janin hingga berusia 24 bulan (1.000 hari pertama).

Selain pertumbuhan yang terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak tidak maksimal yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, bayi usia di bawah lima tahun yang mengalami masalah gizi pada 2017 mencapai 17,8%, sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri dari Balita yang mengalami gizi buruk 3,8% dan 14% gizi kurang. 
https://databoks.katadata.co.id

Dampak dari stunting juga merugikan secara ekonomi. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), jika tidak diatasi, kerugian akibat stunting bisa mencapai 2-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan PDB pada 2017 sebesar Rp 13.000 triliun, kerugian akibat stunting diperkirakan mencapai sekitar Rp 300 triliun. Jumlah itu mencakup biaya mengatasi stunting dan hilangnya potensi pendapatan akibat rendahnya produktivitas anak yang tumbuh dengan kondisi stunting. 
Infographic_Ver2_page2.jpg
http://gizitinggi.org/fakta-data-stunting

Oleh karenanya langkah perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif). Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif yang melibatkan berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan kepedulian seluruh pihak, pemerintah menyerukan dimulainya Kampanye Nasional Pencegahan Stunting secara nasional. Pesan “cegah stunting itu penting” dideklarasikan oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, Menteri Kesehatan, dan sejumlah gubernur. Deklarasi ini menjadi titik awal penyadaran masyarakat mengenai bahaya stunting dan bagaimana upaya pencegahannya. Melalui berbagai upaya ini, diharapkan prevalensi stunting bisa diturunkan menjadi 28% pada 2019. 

Prioritas Pembangunan Kesehatan Di Indonesia  

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya.

Pemerintah Republik Indonesia telah membuka jalur baru menuju kemakmuran dengan mengintegrasikan Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, SDGs) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN).  Rencana ini memasukkan tujuan global baru ini, untuk semua penduduk dan bumi ini – agar semua negara bersepakat untuk mencapainya pada tahun 2030. Target global dari SDGs adalah target berbasis nol. Target-target ini mengharuskan pemerintah dan mitranya untuk mengambil tindakan yang tidak hanya mengurangi, tetapi menghapuskan kekerasan terhadap anak, praktik-praktik tradisional yang membahayakan seperti perkawinan usia anak dan stunting.  Tidak boleh ada kemiskinan, tidak ada anak-anak yang putus sekolah dan tidak ada keluarga tanpa air bersih atau pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Ketika dunia menunjukkan kemajuan melalui SDGs pada tahun 2030, kemajuan Indonesia akan signifikan. Dengan pertumbuhan populasi dan ekonominya, kemajuan Indonesia juga akan menggerakkan capaian secara regional dan global. Dengan adanya peta jalan yang ambisius untuk anak-anak, jejak Indonesia akan menjadi penting bahkan lebih besar untuk kemajuan global menuju tujuan internasional.

http://indonesiaunicef.blogspot.com

Sejalan dengan tujuan SDGs, presiden Indonesia telah merancang visi dan misinya guna untuk memperbaiki derajat kesehatan yang ada di indonesia melalui program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Program Indonesia Sehat menjadi  salah  satu  program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015 , yang difokuskan pada empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian penyakit tidak menular dengan pendekatan keluarga.

Gambar terkait
https://www.slideshare.net/
Pendekatan keluarga menjadi suatu metode yang diharapkan cukup efektif, dengan tujuannya untuk mengintegrasikan program, meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung pencapaian standar pelayanan minimal, mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dan mendukung program Indonesia sehat. Program Indonesia sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 39 tahun 2016 dengan uraian bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui Pendekatan Keluarga.
Cegah Stunting dimulai dari keluarga 

Mewujudkan keluarga yang sehat tidak hanya sekedar mematuhi aturan-aturan untuk mencapai keluarga sehat, tetapi prakteknya sendiri yang harus dilaksanakan. Berikut ini adalah beberapa upaya yang aku upayakan agar si adek kelak memiliki otak cemerlang dan tubuh proposional  

Langkah 1 
Membiasakan anak tidur lebih awal di malam hari. Anak membutuhkan 10-12 jam tidur malam setiap harinya agar dapat bertumbuh dengan baik. Menambah jam tidur anak walau hanya 1 jam lebih awal setiap malam berarti menambah waktu istirahat anak, yang berguna bagi siklus pertumbuhannya.  

Langkah 2  
Membiasakan anak belajar menjaga lingkungan bersih sejak dini termasuk membiasakan cuci tangan menggunakan sabun. Aktual,rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat memicu gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Sebuah riset menemukan bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, maka semakin besar pula ancaman stunting untuknya. Selain itu,saat anak sakit, lazimnya selera makan mereka pun berkurang, sehingga asupan gizi makin rendah. Maka, pertumbuhan sel otak yang seharusnya sangat pesat dalam dua tahun pertama seorang anak menjadi terhambat. Dampaknya, anak tersebut terancam menderita stunting, yang mengakibatkan pertumbuhan mental dan fisiknya terganggu,   

Langkah 3 
Makanan tinggi protein seperti ikan atau daging tanpa lemak bagus otak dan otot. Berdasarkan studi yang diterbitkan oleh The Journal of Nutrition, anak-anak yang selalu mendapatkan makanan tinggi protein dalam menu sehari-hari mereka menunjukkan peningkatan tinggi badan yang signifikan, dibandingkan dengan anak-anak yang hanya sedikit memakan protein.     

Langkah 4 
Membiasakan aktivitas olahraga seperti berenang agar anak tetap bertumbuh dengan kecepatan yang konsisten dan terhindar dari bahaya obesitas. Berenang secara rutin selain bagus untuk pertumbuhan badan juga akan mendorong anak untuk terus bergerak ketimbang hanya duduk di depan televisi atau bermain gadget.


Langkah 5
Kupastikan anakku mendapat asupan kalsium, besi, dan vitamin A dalam nutrisi harian mereka. Menurut The Journal of Nutrition, walaupun hasil penelitian terhadap bahan-bahan ini bila diberikan secara tersendiri masih belum konsisten, akan tetapi bila dikombinasikan dengan protein dapat bermanfaat bagi pertumbuhan anak.

Langkah 6
Periksa  secara mandiri berat dan tinggi badan anak. Deteksi dini ini efektif jika terdapat adanya gangguan pertumbuhan yang mungkin memerlukan penanganan medis segera.
 

Banyak jalan menjadikan buah hati kita generasi hebat, generasi unggul, generasi yang siap berperan untuk kemajuan bangsa. Bukan hanya melalui pendidikan terbaik, tetapi bagaimana menjaga kesehatannya agar kecerdasan otaknya sejalan dengan performa fisiknya, salah satunya dengan pencegahan stunting sejak dini. Dengan mental, fisik dan otak cemerlang tentunya dia akan siap menyongsong tantangan dunia yang semakin mengglobal.
 
Referensi : 
 


 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.