Destination Branding : Model Pengembangan Intako Tanggulangin Sebagai Wisata Belanja Terintegrasi
![]() |
http://m.beritametro.news |
Indonesia
memang kaya akan semua hal. Mulai dari keanekaragaman hayati, ribuan pulau
dengan wisata yang indah, serta berbagai kuliner khas yang berkontribusi pada
pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan potensi yang ada, Kementerian Pariwisata
dan Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia menginisiasi meningkatkan
destinasi belanja di Indonesia. Baginya, menjadikan Indonesia sebagai surga
belanja akan berdampak positif pada perekonomian Indonesia.
Pertama, Mendorong Perkembangan Sektor Pariwisata. Sebuah negara yang mendapatkan predikat surga belanja, berpotensi memiliki sumber alternatif penggerak roda perekonomian. Pasalnya adanya predikat tersebut, sektor pariwisata menerima keuntungan paling besar karena potensi masuknya wisatawan asing. Selain devisa wisata yang didapatkan, potensi berkurangnya pengangguran hingga pertumbuhan PDB menjadi poin tambahan lain yang bisa diraih.
Kedua, Menarik investasi asing. Sebuah negara dengan predikat surga belanja akan memiliki daya tarik tersendiri di mata investor asing. Ketika suatu negara mampu meraih predikat tersebut, maka investor dapat membaca ini sebagai suatu peluang investasi. Aktivitas konsumsi seseorang menjadi peluang pundi-pundi keuntungan yang bisa diraih. Ketika suatu negara telah mendapat predikat surga belanja, artinya tingkat konsumsi di kawasan tersebut cukup tinggi. Peluang inilah yang dibaca investor sebagai kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Tentu hal ini akan mendorong investor asing untuk berinvestasi baik di sektor riil maupun menyediakan platform belanja online.Lantas apa yang mendorong dan yang dapat menarik wisatawan untuk berbelanja? Faktor emosional, gaya hidup (prestige), pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi faktor tersebut selain tentunya faktor produk barang dan jasa (merchandise dan service), destinasi dan citra, serta harga dan nilai. Mengutip rilis yang dikeluarkan UNWTO UN World Tourism Organization, pada pembukaan Konferensi Kedua Wisata Belanja yang diselenggarakan oleh UNWTO dalam Pameran Pariwisata Spanyol (FITUR) 2016 silam, wisata belanja digambarkan sebagai “Salah satu alat paling sering digunakan mempromosikan destinasi. pariwisata belanja adalah komponen yang sangat relevan bagi wisatawan ketika memilih dan mempersiapkan perjalanannya.
Faktanya, menjadikan Indonesia surga belanja tentu bukan perkara mudah. Faktor keamanan dinilai masih menjadi kendala utamanya turis mancanegara masih merasa belum nyaman dalam berbelanja di Indonesia. Belum lagi persoalan kualitas barang, serta belum adanya sentra belanja yang pasti di satu daerah.
Destination Branding ?
Lebih dari dari satu dasawarsa yang lalu, perekonomian Sidoarjo lumpuh pasca erupsi lumpur Lapindo. Tercatat sekitar 31.000 usaha mikro, kecil, dan menengah di Sidoarjo mati seketika. Data Badan Pusat Statistik Jatim menyebutkan, di sektor formal, jumlah tenaga kerja turun 166.000 orang akibat kolapsnya beberapa perusahaan akibat terkena dampak luapan lumpur, tak terkecuali Sentra industri tas dan koper (INTAKO) yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari pusat semburan. Kawasan INTAKO sendiri merupakan daerah penghasil kerajian tangan terbesar di Jawa Timur, dan menjadi pusat surga belanja kerajinan kulit dan imitasi bagi para pecinta produk kerajinan, karena kualitasnya yang bagus dengan harga relatif murah.
Pertama, Mendorong Perkembangan Sektor Pariwisata. Sebuah negara yang mendapatkan predikat surga belanja, berpotensi memiliki sumber alternatif penggerak roda perekonomian. Pasalnya adanya predikat tersebut, sektor pariwisata menerima keuntungan paling besar karena potensi masuknya wisatawan asing. Selain devisa wisata yang didapatkan, potensi berkurangnya pengangguran hingga pertumbuhan PDB menjadi poin tambahan lain yang bisa diraih.
Kedua, Menarik investasi asing. Sebuah negara dengan predikat surga belanja akan memiliki daya tarik tersendiri di mata investor asing. Ketika suatu negara mampu meraih predikat tersebut, maka investor dapat membaca ini sebagai suatu peluang investasi. Aktivitas konsumsi seseorang menjadi peluang pundi-pundi keuntungan yang bisa diraih. Ketika suatu negara telah mendapat predikat surga belanja, artinya tingkat konsumsi di kawasan tersebut cukup tinggi. Peluang inilah yang dibaca investor sebagai kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Tentu hal ini akan mendorong investor asing untuk berinvestasi baik di sektor riil maupun menyediakan platform belanja online.Lantas apa yang mendorong dan yang dapat menarik wisatawan untuk berbelanja? Faktor emosional, gaya hidup (prestige), pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi faktor tersebut selain tentunya faktor produk barang dan jasa (merchandise dan service), destinasi dan citra, serta harga dan nilai. Mengutip rilis yang dikeluarkan UNWTO UN World Tourism Organization, pada pembukaan Konferensi Kedua Wisata Belanja yang diselenggarakan oleh UNWTO dalam Pameran Pariwisata Spanyol (FITUR) 2016 silam, wisata belanja digambarkan sebagai “Salah satu alat paling sering digunakan mempromosikan destinasi. pariwisata belanja adalah komponen yang sangat relevan bagi wisatawan ketika memilih dan mempersiapkan perjalanannya.
Faktanya, menjadikan Indonesia surga belanja tentu bukan perkara mudah. Faktor keamanan dinilai masih menjadi kendala utamanya turis mancanegara masih merasa belum nyaman dalam berbelanja di Indonesia. Belum lagi persoalan kualitas barang, serta belum adanya sentra belanja yang pasti di satu daerah.
Destination Branding ?
Lebih dari dari satu dasawarsa yang lalu, perekonomian Sidoarjo lumpuh pasca erupsi lumpur Lapindo. Tercatat sekitar 31.000 usaha mikro, kecil, dan menengah di Sidoarjo mati seketika. Data Badan Pusat Statistik Jatim menyebutkan, di sektor formal, jumlah tenaga kerja turun 166.000 orang akibat kolapsnya beberapa perusahaan akibat terkena dampak luapan lumpur, tak terkecuali Sentra industri tas dan koper (INTAKO) yang hanya berjarak beberapa kilometer saja dari pusat semburan. Kawasan INTAKO sendiri merupakan daerah penghasil kerajian tangan terbesar di Jawa Timur, dan menjadi pusat surga belanja kerajinan kulit dan imitasi bagi para pecinta produk kerajinan, karena kualitasnya yang bagus dengan harga relatif murah.
Lesunya
bisnis penjualan kerajinan di INTAKO akibat menurunnya omset penjualan pasca
bencana luapan lumpur Lapindo tentunya menjadi tantangan berat bagi para
pengrajin. Tak sedikit diantara mereka gulung tikar akibat terlalu banyak
merugi. Namun sebagian dari mereka ada pula yang memilih tetap mempertahankan
eksistensi produk INTAKO.
Yang
membanggakan. dalam anugerah Anugerah Pesona Indonesia 2017 yang diinisiasi oleh ayojalanjalan.com. Sentra kerajinan kulit
tanggulangin berhasil meraih nominasi sebagai tempat wisata belanja favorit.
Ini menandakan masih tingginya minat wisatawan terhadap untuk berkunjung ke
sentra pembuatan kulit tanggulangin. Dan tentunya menjadi motivasi bagi para
pelaku industri pariwisata untuk terus meningkatkan kualitas kepariwisataan
khususnya di wilayah tanggulangin dan sekitarnya.
![]() |
https://chirpstory.com/li/375883 |
Dalam dunia pemasaran modern, branding punya peran yang sangat penting. Dengan branding sebuah produk atau jasa memiliki keunikan sendiri, membangun citra positif, dan meningkatkan keunggulan kompetitif, sehingga dalam pembuatan destination brand harus menunjukkan konsistensi dan kejelasan. Setidaknya ada enam elemen penting pembentuk destination branding atau prasyarat terciptanya destinasi yang baik dari pariwisata antara lain people, governance, export, investment/immigration, culture & heritage.
Sentra
Industri dan Koper INTAKO memang sudah memiliki positioning dan dikenal
sebagai kawasan wisata belanja, namun sayangnya sentra kerajinan kulit yang
telah ada sejak 1939 ini belum memiliki branding secara visual yang kuat
dan belum memiliki standar yang jelas. Perancangan destination branding tentunya
bertujuan untuk menentukan media komunikasi visual yang efektif serta
komunikatif tentang Industri Tas dan Koper INTAKO sehingga memiliki brand
awareness sebagai destination branding tempat tujuan wisata belanja
unggulan setelah sekian lama terpuruk akibat dari lumpur lapindo.
Destination branding
diyakini memiliki kekuatan untuk merubah presepsi dan merubah cara pandang
wisatawan terhadap suatu tempat atau tujuan termasuk melihat perbedaan sebuah
tempat dengan tempat lainnya untuk kemudian dipilih sebagai tujuan wisata. Kesadaran akan brand pariwisata haruslah
dibangun menggunakan media yang tepat. Oleh karena itu pemanfaatan teknologi
internet beserta fitur-fitur nya harus dilakukan dengan optimal untuk setiap
aktivitas pemasaran khususnya pembentukan kesadaran merek/ brand awareness.
Agar brand menjadi
mudah diingat dan dapat melekat di benak pasar, maka ada baiknya brand Tanggulangin
tidaklah berubah-ubah dikarenakan melakukan re-branding tidaklah mudah
dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga brand sebaiknya dibuat
dengan seoptimal mungkin memanfaatkan sumber daya yang ada yang mampu menjawab
tantangan pemasaran pariwisata saat ini dan yang akan datang, dan juga mampu
mewakili potensi pariwisata lokal yang dimiliki dan siap di jual ke pasar
internasional.
Hal ini tentu saja sejalan dengan upaya pemerintah
merevitalisasi Sentra Industri
Kecil dan Menengah (IKM)
di Kecamatan Tanggulangin.
Sasaran dari program revitalisasi tersebut,antara lain untuk memacu
produktivitas dan daya saing dari para perajin
yang mayoritas memproduksi barang jadi kulit. Lebih jauh, langkah
strategis ini diyakini akan mampu
mengembalikan kejayaan Sentra IKM Tanggulangin pasca bencana lumpur yang melanda wilayah tersebut, sehingga
membawa manfaat bagi kesejahteraan para
perajin IKM di Tanggulangin dan
semakin mengukuhkan predikat Sidoarjo sebagai Kota UKM.
Melalui strategi
transformasi fisik, ekonomi dan kultural upaya revitalisasi dikemas semenarik
mungkin dalam konsep modern tanpa meninggalkan unsur local. Upaya ini
menjadikan sentra IKM Tanggulangin menjadi Kawasan Wisata Terpadu yang memiliki
konsep 3 in 1, yaitu wisata belanja, wisata budaya dan kuliner, serta wisata
edukasi industri.
Tak cukup sampai disitu. Kabar baiknya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) kini secara konsisten
memfasilitasi para pelaku usaha yang berorientasi ekspor untuk mampu
menciptakan brand identity yang kuat
di tengah gempuran produk-produk negara lain di kancah perdagangan
internasional. Sebab, brand merupakan
inetitas produk yang tidak bisa ditawar. Tidak hanya mengandalkan kualitas dan desain
yang bagus, merek yang kreatif dan inovatif akan memperoleh positioning yang
bagus dan memperkuat product awareness di benak konsumen. Hingga saat ini (Kemendag)
sudah merealisasikan program rebranding lebih dari 300 merek di beberapa
provinsi di Indonesia. Dengan rebranding ini harapannya banyak produk dalam
negeri yang mampu menembus pasar ekspor.
Dengan semakin baiknya
infrastruktur jalan raya Porong dan jalan tol Surabaya – Gempol, kian
mempermudah akses untuk menuju Industri Tas dan Koper INTAKO. Hal ini merupakan
suatu poin positif karena industri tersebut semakin mudah untuk dijangkau serta
lebih menunjang keberhasilan strategi destination branding. Keberhasilan
destination branding ini pada akhirnya akan memberikan masukan devisa dari
aspek pariwisata, meningkatkan jumlah lowongan pekerjaan, dan secara
keseluruhan membawa dampak positif bagi peningkatan taraf hidup masyarakat
sekitar.
Referensi :
PERANCANGAN DESTINATION BRANDING SENTRA INDUSTRI TAS DAN
KOPER SEBAGAI WISATA BELANJA DI TANGGULANGIN
Leave a Comment