Bersama Let’s Read, Begini Caraku Mematahkan Generasi Nol Buku



Sebagai orang tua, ada baiknya kita meneladani salah satu putera terbaik bangsa ini. Walaupun beliau telah kembali kepangkuan Ilahi, namun tentu banyak kenangan yang terpatri dalam benak kita. Bukan hanya romantika cintanya yang tak lekang waktu dan begitu amat berkesan, tetapi juga bagaimana beliau memberi energi bagi kehidupan anak-anaknya yang juga menginspirasi kita untuk turut melahirkan generasi cemerlang di masa depan.

Yup, dialah Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie. Kecermalangan beliau dalam bidang kedirgantaraan membawa inspirasi berjuta anak Indonesia, untuk terus berkarya, hingga tak lelah melanglang buana, membawa sejuta mimpi dan asa. Teringat, masa sekolah saya dulu, siapapun yang berotak cemerlang dikelas, maka nama belakangnya berhak disematkan " Habibie" he..he..

Di rilis dari berbagai sumber, prestasi Habibie yang luar biasa tidak muncul begitu saja namun wujud dari kebiasaan sejak masa kecil. Habibie suka sekali membaca. Ia tertarik pada Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya Fisika. Bahkan, Habibie kecil lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca daripada bermain di luar rumah. Selain membaca, Habibie juga memiliki hobi unik, yaitu menunggang kuda. 

Tak heran, jika rak buku Habibie selalu penuh dengan buku-buku. Sebab kegemarannya, buku menjadi sahabat yang paling setia. Lewat buku pula, Habibie menemukan banyak hal yang membuka wawasannya, hingga akhirnya beliau bisa menjadi sesosok manusia cerdas. Tak hanya cerdas, ia juga mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. 

Dengan kecerdasannya pula, sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi permata di negeri Jerman dan mendapat kedudukan terhormat, dihargai baik secara materi maupun intelektualitas oleh pemerintah Jerman. 

Pun ketika Habibie telah melabuhkah hidupnya bersama Ibu Ainun. Dibalik romantisme dan kisah cinta sepanjang hayat mereka yang penuh inspirasi, keteladanan Habibie Ainun dalam membesarkan sang buah hati, sudah selayaknya menjadi contoh orang tua jaman sekarang. 

Dikutip dari buku “The True Life of Habibie” karangan Andi Makmur Makka, disebutkan, Ainun adalah seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya. Sejak kecil, ia membiasakan anak-anaknya untuk mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Caranya, Ainun membebaskan anak-anak untuk berani bertanya tentang hal yang tidak diketahuinya. Ainun akan memberikan jawaban jika ia mampu atau ia akan meminta Habibie jika tidak mampu. Ainun sadar kalau anak-anak sejak kecil harus dibangun keingintahuan dan kreatifitasnya.

Merujuk figur Habibie Ainun, peran orang tua memang amat sangat penting dalam menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik termasuk menanamkan budaya berliterasi sejak dini. Literasi sendiri tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seorang anak disebut memiliki kemampuan literasi bila dia sudah mendapatkan kemampuan dasar dalam berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca serta menulis, sehingga dengan demikian kita tahu bahwa kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan tulis adalah pintu pengembangan makna literasi selanjutnya. 

Budaya Literasi yang Kian Memudar

Sekarang ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta menulis. Intinya, hal yang paling penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi ini adalah dengan melalui pendidikan.

 

Faktanya generasi jaman now rupanya lebih tertarik dengan gawainya dari pada menyisihkan waktu 15 menit didepan buku. Budayawan Taufik Ismail menyebutnya sebagai tragedi nol buku anak Indonesia. Tragedi nol buku anak Indonesia bisa dimaknai adalah generasi yang lemah secara literasi, tidak punya referensi, dan enggan bergumul dengan bacaan. Kasarnya dapat dikatakan, “Rabun membaca, pincang mengarang.” Rabun karena tidak akrab dengan bacaan-bacaan. Selain itu, pincang membuat karangan-karangan, karena tak terbiasa mengarang dan tak punya referensinya. 

Pada saatnya, generasi nol buku akan melahirkan generasi nol gagasan. Generasi nol gagasan akan berakibat lahirnya generasi nol inisiatif. Generasi nol inisiatif akan menyebabkan tumbuh suburnya generasi nol kepedulian. Pada akhirnya, generasi nol buku akan menghentikan laju peradaban karena menulis adalah mengukir peradaban dan membaca adalah merawat atau menghidupkan peradaban itu sendiri. Maka, dengan sendirinya peradaban kita akan pincang jika generasi muda tidak gemar membaca. Kemiskinan literasi sama dengan kemiskinan pendidikan, kemiskinan akses, kemiskinan politik, dan kemiskinan teknologi.  

Kondisi tersebut diatas diperparah dengan budaya masyarakat menonton televisi yang tinggi, sehingga melemahkan minat membaca dan menulis anak. Fakta ini didukung oleh survei BPS mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia di tahun 2012, yaitu hanya 17,66 persen yang memiliki minat baca, sementara minat menonton hingga 91,67 persen.

BPS juga memperlihatkan data kalau anak-anak Indonesia dapat menonton televisi selama 300 menit per hari. Jumlah ini sangat besar bila dibanding dengan anak-anak Australia yang hanya 150 menit per hari, Amerika yang hanya 100 menit per hari, sementara Kanada 60 menit per hari. lebih miris lagi, karena ternyata orangtua yang seharusnya menjadi ujung tombak pengenalan budaya literasi ternyata kesadaran literasinya  juga masih sangat minim. 

https://www.qureta.com


Agar anak-anak tumbuh menjadi generasi cerdas dan kreatif, sudah seharusnya orang tua menanamkan budaya cinta dan gemar membaca anak semenjak dini. Alih-alih memaksa anak membaca dan menumbuhkan trauma, menciptakan suasana literasi yang santai , nyaman dan menyenangkan dalam keluarga serta disesuaikan dengan usia akan menyuburkan dan menumbuhkan budaya literasi pada diri anak. 

Berikut ini adalah beberapa tahapan yang bisa kita lakukan ya mom, bagaimana agar anak tertarik dengan kegiatan literasi. 

usia 0- 1 tahun kegiatan literasi yang bisa diberikan adalah mendongeng atau membacakan cerita bergambar 

usia 3 - 4 tahun kegiatan literasi selain dengan membaca dan mencoret-coret seperti biasa, anak dapat dilibatkan pada kegiatan permainan huruf dan menulis dengan menggunakan plestisin, tanah liat, pasir ataupun tepung, dan bisa pula di kenalkan dengan kegiatan berhitung kue, ataupun sayuran

usia 4 – 6 tahun anak dapat diajak untuk membuat big book yang disertai gambar, membuat tulisan berhias yang di tempel pada benda-benda yang ada di rumah ( tulisan dinding di tempel di dinding) kegiatan out door seperti berkebun (dikenalkan berhitung, menulis nama tanaman dan membacanya) 



Bagi anak-anak yang belum tahu bagaimana cara membaca, buku cerita bergambar jelas lebih bermakna daripada kata-kata. Melalui gambar tersebut, anak belajar menafsirkan cerita dan memahaminya. Tak hanya itu, anak-anak juga bisa belajar mengenal hal-hal yang selama ini belum pernah dilihatnya di dunia nyata. Inilah salah satu alasan mengapa buku cerita bergambar sangat penting dikenalkan pada anak sedini mungkin.


Supaya mom tahu apa pentingnya buku bergambar bagi anak, berikut ini akan dijelaskan beberapa manfaat buku cerita bergambar pada anak usia dini.

1. Sebagai Langkah Awal yang Menyenangkan untuk Mengenalkan Dunia Buku pada Anak

Kita tahu,buku adalah sesuatu yang sangat penting yang perlu dikenalkan kepada anak-anak. Banyak penelitian membuktikan bahwa buku mempunyai manfaat besar,karenanya harus dikenalkan sedini mungkin pada anak.
Untuk menciptakan persepsi bahwa buku adalah sesuatu yang menyenangkan, dapat dimulai dengan mengenalkan buku bergambar.

2. Menumbuhkan Minat Baca

Pada awalnya, anak-anak mungkin hanya bisa mendengarkan Anda bercerita. Karena terbiasa mendengar cerita dari Anda, anak mulai penasaran dan ingin membaca sendiri cerita-cerita dari buku cerita. Mungkin tahapan hingga anak bisa membaca sendiri bukunya masih sangat panjang. Tapi, justru inilah proses penanaman bibit gemar membaca dalam diri anak.
Kebiasaan gemar membaca yang tumbuh dari kecil ini akan dibawa hingga anak dewasa kelak. Nantinya, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang berwawasan yang luas, cerdas, dan memiliki nilai pondasi yang kuat.
Satu lagi, anak yang gemar membaca juga akan mempunyai perbendaharaan kata yang lebih luas. Kemampuan berbahasa anak pun akan lebih baik daripada anak-anak lain yang tidak dikenalkan dengan buku bacaan sejak dini.

. Mengasah Rasa Ingin Tahu Anak

Melalui buku bergambar, Anda akan mengenalkan banyak hal baru pada anak. Anda bisa mulai merangsang anak-anak untuk bertanya tentang hal-hal apa saja yang belum mereka ketahui. Pada dasarnya, tanpa disuruh pun, anak-anak pasti akan bertanya jika mereka tertarik dengan sesuatu.
Hal ini sangat baik untuk mengasah kemampuan anak dan mengembangkan rasa ingin tahunya. Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang baik, akan tumbuh menjadi anak yang kritis dan logis,tentu jika kita memberikannya “asupan” pengetahuan yang tepat.

4. Membantu anak Mengekspresikan Diri

Melalui cerita atau konflik-konflik yang ada pada buku cerita bergambar, anak-anak akan belajar tentang bagaimana cara bersikap ketika menghadapi sesuatu yang baru. Anak-anak akan mencoba mengekspresikan diri dan pikirannya. Hal ini sangat baik untuk mengajarinya berani bersikap atas sesuatu.
Itulah beberapa manfaat buku cerita bergambar pada anak usia dini.





Sebagai orang tua sudah  semestinya kita menekankan kepada anak bahwa membaca buku dan bermain terkait literasi lebih kepada sebagai aktivitas yang memberi pengalaman menyenangkan. Hal tersebut penting dilakukan untuk mengembangkan literasi awal agar permasalahan kurangnya minat dan kebiasaan membaca dan menulis anak dapat diatasi. 

Bagaimana dengan bunda dirumah? Semoga artikel saya bisa menambah referensi ayah dan bunda dalam mengenalkan budaya literasi kepada buah hati tercinta.   

Jangan lupa untuk selalu menemani anak memilih buku bacaanya agar kita juga paham apa yang dibaca anak-anak kita, dan tidak asal memilih buku. Lalu, sudahkah Anda menemani anak membaca buku hari ini?

Artikel ini diikut sertakan dalam Lomba Penulisan Blog Pendidikan Keluarga  #SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga







1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.