Gerakan Transaksi Digital,Sumbangsih Millenial Untuk Kemajuan Ekonomi Nasional




Seiring transformasi digital yang kian menggurita di setiap lini kehidupan, pembayaran digital atau non tunai,   digital payment hadir memberikan pandangan baru bagi masyarakat dalam hal ikhwal kemudahan bertransaksi. 

Digital payment disebut-sebut sebagai metode pembayaran masa depan yang lebih aman, efisien, tanpa melibatkan serah terima uang fisik saat bertransaksi. Dan tentu saja mengurangi bahan baku kertas sehingga dianggap sebagai bagian dari penyelamatan lingkungan. 

Demikian saat ini,  di masa pandemi COVID-19, menggunakan uang tunai dianggap akan beresiko, karena uang tunai dapat menjadi medium perantara segala macam virus. Seiring era normal baru (new normal) WHO mengimbau masyarakat bertransaksi secara nontunai untuk mencegah penyebaran virus corona. 


Sebagai gambaran bagaimana masyarakat Indonesia telah begitu tangguh dalam ranah digital, Visa, penyedia teknologi pembayaran digital berskala global merilis hasil survei terbaru yang melibatkan konsumen 40 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Survei Visa menunjukkan ada pergeseran kebiasaan dan adaptasi kebiasaan baru masyarakat Indonesia.


Masih menurut survei Visa, enam dari 10 responden Indonesia (62 persen) ternyata mulai membentuk kebiasaan nontunai, dengan lebih memilih membayar menggunakan kartu atau aplikasi mobile dibandingkan uang tunai. Selain itu, mereka berniat tetap menggunakan pembayaran digital dan tidak kembali ke uang tunai ketika pandemi Covid-19 berakhir.


Peralihan dari pembayaran tunai ke pembayaran non tunai awalnya diinisiasi oleh Peraturan Bank Indonesia (PBI No. 11/12/PBI/2009) tentang uang elektronik pada tahun 2009. Kemudian gagasan transaksi non tunai kembali diperkuat dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) oleh Bank Indonesia pada tahun 2014. 

Sebagaimana tertuang dalam ”Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025”, Bertepatan dengan HUT ke–74 Kemerdekaan RI, Bank Indonesia (BI) meluncurkan standar kode respons cepat alias quick response (QR) code untuk pembayaran melalui aplikasi dompet elektronik berbasis server, atau  Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Seperti namanya, QRIS merupakan upaya standardisasi oleh Bank Indonesia untuk semua perusahaan yang memanfaatkan teknologi finansial (fintech). QRIS menyatukan berbagai macam QR code dari beragam Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PPJSP) seperti GoPay, OVO, DANA, LinkAja, dan lainnya.

Keunggulan QRIS lainnya adalah disusun dengan menggunakan Standar Internasional untuk mendukung interkoneksi sistem pembayaran yang lebih luas, sehingga pembayaran lebih mudah dilakukan karena sifatnya yang universal. Oleh karena itu, setiap penyedia PJSP berbasis QR code baik lokal maupun asing wajib menggunakan QRIS.

Produk besutan Bank Indonesia ini merupakan wujud upaya agar Indonesia memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Hal tersebut didorong oleh sistem pembayaran dengan QRIS yang mudah digunakan seluruh lapisan masyarakat sehingga volume transaksi diharapkan akan terus meningkat, sesuai dengan semangat UNGGUL (Universal, Gampang, Untung, Langsung). Tujuannya, untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, untuk Indonesia maju. Termasuk didalamnya,  sebagai upaya pemulihan ekonomi nasional selama masa pandemi dapat terealisasikan. 


Universal. Penggunaan QRIS bersifat inklusif untuk seluruh lapisan masyarakat dan dapat digunakan untuk transaksi pembayaran di domestik dan luar negeri.

Gampang. Masyarakat bisa bertransaksi dengan mudah dan aman dalam satu genggaman ponsel.

Untung. Transaksi dengan QRIS menguntungkan pembeli dan penjual karena transaksi berlangsung efisien melalui satu kode QR yang dapat digunakan untuk semua aplikasi pembayaran pada ponsel.

Langsung. Transaksi dengan QRIS langsung terjadi, karena prosesnya cepat dan seketika sehingga mendukung kelancaran sistem pembayaran.

Demikian, penggunaan dompet elektronik ini kiranya menjadi solusi praktis dalam memperlancar kebutuhan pembayaran kegiatan ekonomi massal, cepat, dan mikro seperti transaksi digital di bidang transportasi atau belanja di minimarket, maupun pembayaran parkir. Bahkan sampai berdonasi sudah banyak masyarakat yang mengandalkan metode pembayaran nontunai, via aplikasi smartphone.

Masalah keamanan. QRIS memiliki sistem keamanan yang berlapis, sehingga kemungkinan untuk diretas pun juga sangat minim, karena QRIS diawasi langsung oleh Bank Indonesia. Pun Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) terus berupaya memberikan layanan keamanan siber, khususnya pada keamanan data dan informasi yang merupakan aset bernilai tinggi.

Di masa yang akan datang  besar kemungkinan  QR code akan menggantikan posisi mesin perekaman data elektronik EDC (electronic data capture) dan mesin ATM, karena QR code dianggap lebih efisien dimana pengguna hanya tinggal membawa ponselnya saja untuk menyorot (scan) QR code dari merchant-merchantnya.

Karenanya, teknologi pembayaran digital saat ini semakin diarahkan untuk memberikan pengalaman penggunaan yang lebih mulus bagi pengguna, khususnya generasi milenial yang ingin mencari dan memperoleh kepuasan secara instan.

We are going digital

Perkembangan teknologi saat ini turut membawa perubahan pada gaya hidup terutama bagi anak muda yang lahir pada tahun 1990an sampai 2000an.

Mereka inilah yang disebut sebagai generasi milenial atau generasi digital native. Mereka menemukan caranya sendiri untuk terhubung dan terkoneksi dengan orang lain lewat sosial media, seperti Twitter, Facebook, Path dan sebagainya. Tidak ada lagi jarak, dan semua saling terkoneksi. Mereka merubah tatanan nilai dan gaya hidup selama ini menjadi serba digital. 


Dengan adaptasi teknologi, ide kreatif dan orisinil untuk mengakomodir semua aktivitas mereka jadi lebih mudah, muncul berbagai inovasi gaya hidup digital dan revolusioner. Adaptasi digital yang tinggi ini telah membawa perubahan gaya hidup digital dalam melaksanakan rutinitas sehari-hari, dari cara berkomunikasi, interaksi melalui jejaring sosial, transaksi pembayaran hingga belanja kebutuhan sehari-hari.

Jika sebelumnya para generasi  millenial tersebut menjejali dompet mereka dengan lembaran uang tunai, sebaliknya kini mereka sibuk “mengisi” berbagai opsi pembayaran non tunai. Generasi millenial sebagai digital nativepun sudah mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan pengelolaan keuangan secara virtual. 


Sementara, riset yang dilakukan oleh perusahaan penerbit konten digital untuk kalangan milenial Brilio.net bersama dengan JakPat Mobile Survey mendapatkan fakta bahwa mayoritas milenial Indonesia (59 persen) khususnya kelas menengah ke atas kini lebih menyukai transaksi secara nontunai. Kartu debit menjadi alat pembayaran nontunai yang paling disukai millennial (50 persen), diikuti uang elektronik (33 persen), dan kartu kredit (17 persen).


Demikian juga dengan paparan seminar yang diadakan Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia) Kaum milenial Indonesia dewasa ini menghabiskan hingga 50% pendapatannya pada ‘Gaya Hidup 4S’, yaitu Sugar (makanan dan minuman), Skin (perawatan tubuh dan kecantikan), Sun (liburan dan hiburan), dan Screen (konsumsi layar digital). 


Millenial, Kunci Kemajuan Ekonomi Nasional 

Saat ini pemerintah telah menyiapkan Road Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dalam mencapai target menjadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada 2030 nanti. Jumlah penduduk yang banyak serta dibantu dengan perkembangan infrastruktur dan sumber daya manusia yang bagus mampu menjadi modal yang kuat termasuk kekuatan generasi Millenial yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Generasi milenial sebagai bagian masa depan bangsa, merupakan potensi besar dalam sumbangsinya terhadap kemajuan ekonomi Nasional. Hal tersebut tak lepas dari karakteristik khusus ketika berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mereka dianggap jadi antitesis dari generasi sebelumnya, yaitu generasi X. 

Sebagai generasi yang melek teknologi dan tidak ingin ketinggalan, dengan hasrat untuk memiliki pengalaman yang baru dan menarik, milenial akan menjadi tonggak utama dari transformasi sistem pembayaran di Indonesia, yakni dari sistem pembayaran konvensional menuju sistem pembayaran digital. 

Namun demikian, seiring dengan meningkatnya pendapatan dan jenis pilihan pembelanjaan generasi millenial, kehadiran proses digitalisasi keuangan yang makin masif bukan tidak mungkin berpotensi mendorong konsumen muda ini terjerumus untuk mengembangkan perilaku konsumsi yang berlebihan. Maka dari pada itu, ada baiknya simak tips berikut agar kita lebih lebih bijak dalam memanfaatkan dompet digital 

Pilih dengan baik layanan aplikasi dompet digital sesuai butuhkan

Lihat kelebihan dan kekurangan dari aplikasi layanan dompet digital yang ingin di unduh. Sebaiknya, pilih layanan aplikasi dompet digital yang ragam inovasinya banyak dan paling menopang kebutuhan kita.

Batasi jumlah saldo yang perlu disimpan

Terutama jika kita termasuk salah satu yang konsumtif ketika menyimpan uang di dompet digital. Masalahnya, sisi praktis yang ditawarkan dari layanan dompet digital juga ikut mengundang sisi negatif, terutama bagi kita yang terkadang masih belum bisa menahan keinginan konsumtif.

Gunakan sebijak mungkin

Gunakan hanya untuk kebutuhan yang telah direncanakan, semisal untuk layanan transportasi dari dan menuju kantor, membayar tagihan listrik, membayar asuransi kesehatan dan lainnya. Sebisa mungkin, minimalisir penggunaan dompet digital untuk kebutuhan yang bersifat impulsif.

Ingat untuk tetap berhati-hati

Dengan banyaknya kasus scam dan fraud yang terjadi belakangan ini, ada baiknya lebih berhati-hati. Jangan pernah membagikan informasi apapun terkait data diri pribadi pada pihak lain, ganti kata sandi secara reguler tiap enam bulan sekali apabila memungkinkan, dan jangan pernah mengirimkan uang pada siapapun dengan alasan urgensi pada saat menggunakan layanan dompet digital. 

Generasi milenial adalah pemegang kemudi bangsa ini.  Mereka diharapkan menjadi bagian dari gerbong ekonomi digital baik sebagai pemain ataupun pengguna. Anak muda yang selalu beraktivitas menggunakan gawai dan tertarik dengan teknologi baru. Hal itu dapat dimaksimalkan menjadi sebuah potensi. 

Sebagai refleksi, jika para pendahulu kita menggunakan bambu runcing dan senjata sekedarnya untuk merebut kemerdekaan, maka generasi kini dapat menggunakan gadget untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan sekaligus menyebarkan kecintaan terhadap Ibu pertiwi.

***



 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.