Imunisasi Lengkap Sehatkan Buah Hati Kini Dan Nanti



Si buah hati bertumbuh menjadi generasi sehat, cerdas, ceria tentu menjadi dambaan setiap orang tua. Dan untuk mewujudkan itu semua tentu harus dimulai saat janin masih dalam kandungan ibu dengan pemberian gizi dan nutrisi cukup. Setelah bayi terlahir kedunia asupan gizi terus berlanjut lewat cairan ASI. Pemberian ASI eksklusif  selama enam bulan merupakan nutrisi terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat, dilanjutkan makanan pelengkap dengan terus menyusu hingga dua tahun atau lebih.

Namun demikian, masa-masa terdebut adalah masa kritis bayi di awal kehidupannya. Karena imun si kecil belum terbentuk sempurna, bayi rawan terpapar penyakit. Maka daripada itu untuk melindungi tubuh mungilnya dari serangan virus, bakteri dan penyakit berbahaya lainnya, dibutuhkan anti bodi yang diperoleh dari vaksin atau imunisasi.

Meruntut istilahnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan vaksinasi dan imunisasi adalah dua istilah yang berkaitan. Vaksinasi merupakan penggunaan vaksin untuk merangsang sistem kekebalan tubuh guna melindungi dari infeksi atau penyakit. Sementara imunisasi merupakan proses membuat kebal terhadap penyakit menular, melalui vaksinasi. Jadi, ketika si Kecil menghadapi pencetusnya, misalnya bakteri atau virus tertentu, penyakit yang dialaminya tidak akan memicu gejala berat atau, bahkan, tidak memicu gejala sama sekali.

Demikian, vaksin pada bayi dan anak memiliki manfaat besar bagi kesehatan mereka di masa depan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan vaksinasi telah banyak mengurangi penyakit, disabilitas, kematian, dan ketidaksetaraan di seluruh dunia. Kementerian Kesehatan RI pun mendukung pemberian vaksin anak melalui program imunisasi rutin lengkap yang terdiri atas imunisasi dasar dan lanjutan. Program ini terdapat di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, baik imunisasi dasar maupun lanjutan.

Sebagai informasi, imunisasi dasar adalah pemberian vaksin sebelum anak berusia 1 tahun. Sedangkan imunisasi lanjutan adalah pengulangan imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan serta menjaga perlindungan tubuh tetap optimal. Di luar dua jenis imunisasi itu, terdapat imunisasi tambahan berupa vaksinasi pada kelompok umur tertentu yang berisiko paling tinggi mengalami penyakit menurut kajian epidemiologis dalam kurun waktu tertentu.

Setidaknya, ada belasan vaksin yang dapat diberikan kepada anak usia 0-10 tahun. Namun, menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ada 5 jenis imunisasi pada anak yang wajib dilakukan. Hal ini dengan mempertimbangkan ancaman komplikasi yang dihasilkan penyakitnya, jumlah kasusnya, serta risiko penyebarannya.

Berikut adalah kelima jenis imunisasi wajib tersebut!

Hepatitis B — Hepatitis adalah infeksi organ hati/liver yang bisa menyebabkan komplikasi yang sangat parah, yakni kanker hati dan juga sirosis. Pemberian vaksin ini bertujuan mencegah anak terserang penyakit hepatitis B yang bisa menyebabkan hati gagal berfungsi hingga kanker hati. Bayi menerima vaksin hepatitis B saat usianya kurang dari 12 jam. Imunisasi berikutnya diberikan saat bayi berusia 1 bulan dan 6 bulan. Anak bisa mendapat pengulangan imunisasi ketika berusia 10-12 tahun.

Polio — Penyakit ini menyerang saraf otak dan tulang belakang, sehingga mampu menghasilkan komplikasi, seperti sesak napas, kelumpuhan, meningitis, atau bahkan kematian. Untuk menghindari ancamannya, vaksin tetes perlu diberikan segera sesudah bayi lahir. Imunisasi berikutnya berlangsung ketika bayi berumur 2, 3, dan 4 bulan. Anak bisa memperoleh vaksin polio lanjutan setahun setelah imunisasi polio keempat, lalu ketika berusia 5-6 tahun.

BCG — Imunisasi BCG dilakukan untuk menghindari ancaman yang dihasilkan oleh kuman yang mampu menyebabkan tuberkulosis atau TB. Pasalnya, jika mengalami TB, berbagai organ si Kecil akan terancam kesehatannya, seperti saluran pernapasan dan pencernaan, kelenjar getah bening, ginjal dan lainnya. Pastikan si Kecil memperoleh imunisasi BCG yang dilakukan sekali seumur hidup pada usia kurang dari 2 bulan dengan cara injeksi. Namun bagi bayi berusia di atas 3 bulan, Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian tes tuberkulin sebelumnya untuk mengetahui keberadaan kuman tuberkulosis.

Campak — Campak sering dianggap tidak berbahaya. Padahal, imunisasi campak mampu menghindari gejala-gejalanya yang parah, seperti pneumonia, diare, dan radang otak. Untuk itu, agar membangun imun, vaksin campak perlu diberikan 3 kali, yakni di usia 9 bulan, 18 bulan, serta 6 tahun.

DPT-HB-HiB — Imunisasi ini merupakan bentuk pencegahan dari 6 penyakit sekaligus, antara lain: pertusis, tetanus, difteri, hepatitis B, meningitis, dan pneumonia. Si Kecil wajib menjalani vaksin ini sebanyak 4 kali, yakni pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan.

Selain kelima vaksin wajib yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi beberapa yang merupakan imunisasi tambahan, yaitu pneumokokus (PCV), MR/MMR, rotavirus, influenza, varisela, Japanese encephalitis (JE), HPB, serta hepatitis A dan tifoid.

| petualangcantik com

Yang perlu diwaspadai namun juga tak perlu panik, setelah imunisasi, biasanya anak akan mengalami beberapa efek samping yang sifatnya umum, ringan, dan sementara. Berikut adalah beberapa tips untuk mengelola efek samping setelah imunisasi:

Demam

Demam setelah Imunisasi,  hal yang wajar sebagai reaksi tubuh, mengingat vaksin yang dimasukkan sedang bekerja membentuk anti bodi. Cukup berikan paracetamol sesaat setelah bayi menerima vaksin agar demam tidak terlalu parah.

Pembengkakan, Kemerahan, atau Rasa Sakit 

Kompres dengan kain basah dingin di area pembengkakan. Jika pembengkakan dirasa sangat mengganggu, segera diskusikan dengan dokter. Selain itu, anak-anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh mengonsumsi aspirin. Pasalnya, aspirin dapat meningkatkan risiko penyakit langka seperti Sindrom Reye.

Rewel 

Kadang-kadang bayi mungkin merasa lelah, mudah marah, dan tidak mau makan beberapa jam setelah imunisasi. Pegang dan peluk anak saat dibutuhkan, dan ingatlah untuk menjaga suhu pada tingkat yang nyaman.

Reaksi Alergi Parah 

Reaksi alergi parah setelah imunisasi sangat jarang terjadi. Biasanya, tim medis akan meminta orangtua dan anak untuk tetap tinggal selama 15 menit untuk memantau efek dari imunisasi. Supaya ketika timbul reaksi alergi bisa dengan segera ditangani.

Mitos Atau Fakta

Imunisasi bisa dikatakan sebagai investasi kesehatan anak di masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibandingkan mengobati seseorang apabila jatuh sakit dan harus dibawa ke rumah sakit.

| petualangcantik.com

Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.

Namun ternyata dalam masyarakat kita masih ada mitos tentang vaksinasi/ imunisasi. Pemahaman yang keliru tentang vaksin dan Imunisasi menimbulkan keraguan dan penolakan imunisasi sehingga banyak anak yang tidak di imunisasi. Ini sangat merugikan baik pada keluarga maupun masyarakat. Hal ini sangat beresiko KLB/ wabah, sakit berat, cacat dan kematian. Ngeri sekali kan…

Wabah polio pernah terjangkit di kabupaten Sukabumi dan bogor pada Maret-April 2005 akibat cakupan imunisasi polio rendah. Jawa Timur terjadi sekitar tahun 2005-2006 dengan 45 kasus di Madura, 1 kasus di probolinggo. Rata-rata yang terkena adalah anak kurang dari 15 tahun. Ada lagi kasus wabah Campak di Jawa Tengah dan Jawa Barat tahun 2009-2011. 5818 anak dirawat di rumah sakit, 16 anak meniggal lagi-lagi ini terjadi akibat bayi yang tidak diimunisasi campak. KLB Difteri di Sum-Bar tahun 2015, 6 dari 62 tersangka difteri dinyatakan positif dan 1 orang meninggal. Dan banyak kasus lainnya yang terjadi Indonesia.

Imunisasi dasar  lengkap ternyata memberi perlindungan anak dari risiko terpapar Covid-19 maupun penyakit KLB PD3I (Kejadian Luar Biasa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Demikian disampaikan Dosen Fakultas Kedokteran Ubaya, dr. Sajuni, M.Kes., M.Ked.Klin., Sp.MK. dalam Webinar Seri Edukasi Masyarakat 2021 : Peran Perguruan Tinggi dalam Pencapaian Sustainable Development Goals Di Masa Normal Baru bertajuk “New Normal, Vaccine, Tantangan dan Solusi Pembelajaran Tatap Muka”.

Selain itu, ada juga studi di luar negeri menunjukkan bahwa negara-negara universal dengan penerima vaksin BCG yang dinyatakan sudah baik memiliki angka kematian Covid-19 yang cenderung lebih rendah. Kemudian vaksin hepatitis A pun dapat membantu menahan infeksi Covid-19 pada tingkat kolonisasi mukosa dan mencegah keterlibatan dari saluran napas bawah sekaligus mencegah timbulnya fatalitas dari infeksi virus corona. Sedangkan vaksin pertusis mampu memberikan efek protektif terhadap Covid-19 karena respon adaptif limfosit yang heterolog dan innate immunity yang terlatih.

Dr. Sajuni berpesan kepada masyarakat khususnya orang tua agar tidak takut membawa anak-anak untuk imunisasi saat pandemi Covid-19. Vaksinasi yang terlambat pada anak berpotensi menimbulkan wabah pandemi baru terhadap penyakit yang sebelumnya sudah dapat dikontrol. Jika tidak mendapat vaksinasi, bayi dan anak-anak menjadi rentan terhadap penyakit berbahaya seperti campak, polio, difteri, pertusis (batuk rejan), hepatitis dan tetanus.

Vaksinasi di tengah pandemi Covid-19 tetap harus dilakukan terutama imunisasi dasar untuk bayi dan anak agar tumbuh dan berkembang dengan sehat. Jika tidak dilakukan bisa berisiko terjadinya KLB PD3I. Imunisasi dasar dapat dilakukan dengan tetap menerapkan physical distancing dan menjaga kebersihan. Jika berada pada wilayah transmisi lokal, maka imunisasi bisa ditunda satu bulan dan segera catch up vaksinasi.

Pekan Imunisasi Dunia 2022 dianggap menjadi momen yang penting untuk masyarakat Indonesia supaya dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya imunisasi dasar lengkap, yang telah menurun selama pandemi Covid-19. Imunisasi menjadi komponen kunci dari perawatan kesehatan primer dan hak asasi manusia yang tidak terbantahkan, serta salah satu investasi kesehatan terbaik yang efektif. Dengan begitu, imunisasi juga merupakan salah satu kisah sukses kesehatan dan pembangunan global dalam upaya menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahun.

SDGs dan Visi Indonesia 2045

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, pada 25 September 2015 di markas PBB guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada 2030. Di antara target yang dicanangkan untuk dicapai adalah cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko finansial, akses ke layanan perawatan kesehatan dasar yang berkualitas, dan akses ke obat-obatan dan vaksin yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau untuk semua.

Perluasan cakupan imunisasi merupakan agenda bersama masyarakat dunia yang diharapkan sudah mencapai puncak pemerataan pada 2030 di seluruh belahan dunia. Salah satu dari tujuh agenda yang dicetuskan dan dirilis pada 14 Agustus 2019 oleh pemerintah melalui Kementerian PPN/ Bappenas di dalam Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional IV 2020-2024 adalah meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan ditargetkan sudah mencapai 80% pada 2024. Hal ini selaras dengan rumusan strategi pembangunan kesehatan yang telah disusun pemerintah dalam menyongsong perwujudan Visi Indonesia 2045 di mana salah satu strateginya adalah pencegahan dan pengendalian penyakit yang responsif.

Manfaat dan Tantangan

Sebuah studi yang dilakukan oleh Sachiko Ozawa (2016) dari Jhon Hopkins University bersama rekan-rekannya yang mencakup 73 negara yang didukung Gavi selama periode 2011-2020 menunjukkan bahwa untuk setiap biaya yang dikeluarkan untuk imunisasi dapat menghemat biaya perawatan kesehatan sebesar 16 kali lipat. Dan, jika memperhitungkan manfaat yang lebih luas dari orang yang hidup lebih lama dan lebih sehat, return on investment meningkat tajam hingga 44 kali lipat.

PBB juga menyatakan bahwa imunisasi diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan paling sukses dan hemat biaya di dunia. Perannya sangat vital dalam menyelamatkan jutaan nyawa melalui tindakan preventif terhadap penularan dan penyebaran penyakit di seluruh belahan dunia.

Tantangan yang dihadapi oleh hampir seluruh negara berkembang saat ini adalah perluasan cakupan imunisasi dasar dan lanjutan. Setidaknya hal ini bisa kita bagi ke dalam beberapa kategori yaitu tantangan di bidang pengadaan, tantangan di bidang pendistribusian dan pelayanan serta tantangan di bidang pengetahuan dan mindset.

Pertama tantangan di bidang pengadaan vaksin dapat berupa ketersediaan vaksin di pusat pelayanan kesehatan dan biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan penyebarannya. 

Kedua tantangan di bidang pendistribusian vaksin dapat berupa luas area geografis dan persebaran penduduk, koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, penjadwalan dan frekuensi pemberian vaksi serta .tantangan di bidang pelayanan kesehatan dan petugas yang terlibat di dalamnya.

Ketiga tantangan di bidang pengetahuan dan mindset dapat berupa tingkat pengetahuan dan informasi yang dimiliki oleh masing-masing orangtua, tingkat trust terhadap program imunisasi, dan masih berkembangnya isu-isu negatif dan hoax seputar vaksin dan imunisasi.

Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kekebalan kelompok (herd immunity), pemerintah harus berusaha keras memperluas cakupan imunisasi minimal sebesar 95% sesuai dengan rekomendasi WHO. Perluasan cakupan imunisasi ini merujuk pada pernyataan mantan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, adalah pekerjaan yang berat bagi Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama dan dukungan dari seluruh rakyat Indonesia sehingga The 2030 Agenda for Sustainable Development yang dicanangkan PBB dan pencapaian Visi Indonesia 2045 yang dicanangkan oleh pemerintah dapat terwujud.

Pandemi Covid-19 sejatinya mengingatkan dunia mengenai manfaat imunisasi untuk melawan penyakit, menyelamatkan nyawa, dan menciptakan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih sejahtera.

#PekanImunisasi2022
#sehatbangsakusehatnegeriku


Referensi :

https://pediasure.co.id/article/jenis-imunisasi-pada-anak-and-manfaatnya-di-masa-depan

https://www.ibudanbalita.com/artikel/investasi-kesehatan-masa-depan-dengan-imunisasi

https://vivahealth.co.id/article/detail/6067/imunisasi

https://www.halodoc.com/artikel/imunisasi-anak-tujuan-jenis-dan-prosedur

https://primayahospital.com/anak/vaksin-untuk-anak/

https://www.msn.com/id-id/berita/other/pekan-imunisasi-dunia-2022-imunisasi-lengkap-di-indonesia-menurun-selama-pandemi-covid-19/ar-AAWeAWv?li=AAfuxu5

https://news.detik.com/kolom/d-4775449/imunisasi-dan-sustainable-development-goals

https://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-3/

https://petualangcantik.com/anak-berhak-mendapatkan-imunisasi-jangan-dzolimi-mereka/

http://kedokteran.ubaya.ac.id/pentingnya-imunisasi-untuk-anak-di-masa-pandemi/

 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.