HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku
''Artikel Lomba Hari Pangan Nasional Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia''
Momentum Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, sudah semestinya menjadi tonggak kebangkitan industri pangan nasional sebagai mesin penggerak untuk memanfatkan alam nusantara menjadi aneka produk pangan yang bernilai gizi tinggi. Sebagai
produk budaya, pangan merupakan hasil adaptasi aktif antara manusia/masyarakat
dengan lingkungannya, sehingga perwujudan ketahanan pangan harus bertumpu pada
sumberdaya dan kearifan lokal, sehingga ia dapat menjadi media dalam
mengembangkan budaya dan peradaban bangsa. Pangan juga terkait dengan roda
perekonomian khususnya bidang pertanian, produksi pangan dan pengolahannya serta
kegiatan bisnis dan perdagangan pangan. Oleh karena itu, perwujudan ketahanan
pangan dan gizi tidak dapat dilepaskan dari upaya-upaya untuk meningkatkan
kualitas kesehatan individu dan masyarakat, peningkatan daya saing SDM, yang
selanjutnya menjadi daya saing bangsa.
Selain
itu sinergi dan keterpaduan pembangunan bidang pangan dan gizi akan
menjadi kekuatan potensial dalam pelaksanaan Program Pembangunan yang
Berkeadilan dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milennium (MDGs) sebagaimana
dituangkan oleh World Food Summit tahun 2009 bahwa ketahanan pangan terjadi
ketika semua orang, setiap saat memiliki akses fisik, sosial dan ekonomi terhadap
pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka dan
diutamakan makanan untuk hidup aktif dan sehat.
Penanganan
pangan dan gizi tentu saja memiliki tantangan dan masalah yang luas dan
kompleks sehingga memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah, termasuk masyarakat/konsumen dari berbagai
kelompok dan lapisan, serta dunia usaha dan industri lain yang terkait. Sebagaimana
yang dirilis WHO, situasi gizi dunia saat ini menunjukkan dua kondisi yang
ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai
kegemukan. Di sisi lain, penyakit menular dan penyakit tidak menular juga
meningkat. Sangat jelas peran gizi berkontribusi bermakna pada penanggulangan
ke dua jenis penyakit ini. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal, dua
sisi beban penyakit ini perlu diberi perhatian lebih pada pendekatan gizi, baik
pada masyarakat kaya maupun pada kelompok masyarakat miskin (WHO, 2008).
Pada
saat yang sama sebagian besar bangsa Indonesia masih banyak yang menderita
kekurangan gizi terutama pada ibu, bayi dan anak. Beberapa faktor yang
mempengaruhi, antara lain, adalah masih tingginya angka kemiskinan; rendahnya
kesehatan lingkungan; belum optimalnya kerjasama lintas sektor dan lintas
program, melemahnya partisipasi masyarakat; terbatasnya aksesibilitas pangan
pada tingkat keluarga terutama pada keluarga miskin; masih tingginya penyakit
infeksi; belum memadainya pola asuh ibu; dan rendahnya akses keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dasar.
Leave a Comment