Hidup Lebih Produktif Tanpa Kanker Serviks, Kenapa Nggak?

Duta kanker serviks : https://www.cnnindonesia.com/
Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan Indonesia ini dilaksanakan selama 5 tahun di seluruh Indonesia, dimana pencanangan dilakukan oleh Ibu Negara pada tanggal 21 April 2015 di Puskesmas Nanggulan,Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DI Yogyakarta dengan teleconference 10 provinsi lainnya Sumatera Utara,Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat,Jawa Tengah, JawaTimur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Rangkaian kegiatan meliputi kegiatan promotif, preventif, deteksi dini, dan tindak lanjut. Melalui kegiatan ini diharapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terutama dalam mengendalikan faktor risiko kanker dan deteksi dini kanker sehingga diharapkan angka kesakitan, kematian,akibat penyakit kanker dapat ditekan. Kegiatan ini merupakan bagian dalam mewujudkan masyarakat hidup sehat dan berkualitas, hal ini sesuai dengan tercapainya Nawacita kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia.

Di Indonesia, kanker leher rahim atau kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling sering diderita oleh kaum wanita dengan angka kematian yang cukup tinggi. Terjadi 21 ribu kasus kanker serviks (leher rahim) tiap tahunnya di Indonesia sehingga menempati nomor dua dalam jumlah tertinggi di dunia dan pada 2014 lalu, lebih dari 92 ribu perempuan Indonesia juga meninggal karena kanker dengan 10,3 persen di antaranya karena kanker serviks. Sekitar 99,7% kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Selama ini telah dikenal dua tipe HPV, yaitu risiko rendah dan risiko tinggi. Infeksi HPV tipe risiko rendah dapat menimbulkan perubahan ringan yang sementara pada serviks namun tidak akan menimbulkan risiko terjadinya kanker. HPV risiko rendah juga terkadang menimbulkan kutil pada alat kelamin. Sementara HPV tipe risiko tinggi terutama yang menetap dapat menyebabkan perubahan bentuk sel serviks yang lambat laun dapat menjadi kanker serviks jika tidak ditangani. Yang berisiko mengalami infeksi HPV tipe risiko tinggi yang menetap diantaranya adalah wanita > 30 tahun, memiliki gangguan kekebalan tubuh (HIV atau lupus), berhubungan seksual di usia belia (< 20 tahun), bergonta-ganti pasangan seksual, merokok, dan sebagainya. Proses infeksi HPV menjadi kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 10-20 tahun.

http://spesialiskelamin.blogspot.co.id

Berdasarkan stadiumnya,angka bertahan hidup dari kanker serviks ini, adalah 5 tahun:

Untuk stadium nol (prakanker) dengan sel kanker jinak yang masih kecil pada permukaan dinding serviks, angka bertahan hidup bisa mencapai 100%.
Pada stadium satu (I), kanker menempel kuat pada dinding serviks, peluang sembuh 80%.
Stadium dua (II) kanker sudah menjalar ke tempat lain (sampai rahim), tetapi belum ke bawah (vagina) peluang sembuh 50-60%.
Stadium tiga (III) kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina peluang sembuh 20-30%.
Dan stadium empat (IV) kanker sudah sampai ke organ lain yang jauh seperti anus, ginjal, paru-paru, hati dan tulang peluang sembuhnya 0-5%.

http://www.pitterpatter.com.my/

Penyakit kanker serviks ini berlangsung dalam beberapa tahapan, yang dimulai dari masa tanpa gejala, keputihan, perdarahan, dan rasa nyeri yang sering dianggap sebagai hal yang biasa saja, karena bisa disebabkan oleh hal yang lain. Kemudian pada tahap lanjut baru muncul gejalanya yang jelas dari perubahan sel kanker, berupa perdarahan setelah aktivitas seksual, atau di antara kedua masa haid. Oleh karena tidak menunjukkan gejala di awal, banyak yang tidak menyadari dan baru mengetahui saat kanker serviks sudah berada di stadium lanjut dengan tingkat kesembuhan yang rendah. Padahal, bila terdeteksi dini dan segera mendapat penanganan tepat, kanker serviks masih bisa disembuhkan. Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan.

Vaksin HPV
Vaksin HPV merupakan salah satu metode pencegahan kanker serviks dengan cara pemberian vaksin untuk merangsang sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi yang dapat mencegah HPV menginfeksi sel yang menyebabkan kanker serviks. Sasaran pengguna vaksin ini adalah wanita sejak usia 10 sampai 55 tahun dan sangat dianjurkan bagi wanita yang belum melakukan hubungan seksual. Pemberian vaksin pada usia muda (10-14 tahun) akan menghasilkan kekebalan dua kali lipat jika dibandingkan dengan vaksinasi setelah usia dewasa (15-25 tahun). Sampai saat ini, vaksin HPV tidak memerlukan booster atau suntikan ulang setelah dilakukan penyuntikan lengkap sebanyak 3 kali. Vaksin HPV tidak dianjurkan selama kehamilan namun dapat digunakan pada masa menyusui. Yang perlu diingat, vaksin ini hanya berfungsi untuk mencegah dan tidak dapat menyembuhkan kanker serviks yang telah terjadi.

Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) ataupun Pap Smear dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang sudah di encerkan, dengan melihat leher rahim untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker. Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi,dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Kalau dicurigai adanya indikasi positif kanker serviks, diagnosa dapat diperkuat dengan melakukan tes DNA HPV, dan pemeriksaan kolposkopi. Dengan pemeriksaan kolposkopi dapat diketahui adanya perubahan yang mencurigakan atau kondisi prakanker, sehingga dapat ditangani secara tuntas. Pemeriksaan IVA juga dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau HIV/AIDS.

HPV-DNA
Karena tidak menunjukan gejala di awal, pemeriksaan sebelum timbul gejala sebaiknya dilakukan agar dapat terdeteksi dini dan segera mendapatkan penanganan. Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan HPV-DNA, yaitu pemeriksaan molekuler menggunakan metoda hybrid capture II yang telah mendapatkan persetujuan Food and Drug Administration (FDA) untuk mendeteksi adanya DNA Human Papilloma Virus (HPV) tipe risiko tinggi pada bahan pemeriksaan yang diambil dari serviks. Terdapat 13 jenis HPV risiko tinggi yang dapat dideteksi oleh pemeriksaan HPV-DNA. FDA pun telah menyetujui dilakukannya pemeriksaan HPV-DNA bersama-sama dengan Pap Smear sebagai pemeriksaan primer kanker serviks terutama bagi wanita di atas usia 30 tahun. Pemeriksaan HPV-DNA juga dianjurkan bila hasil pemeriksaan Pap Smear tidak jelas atau membingungkan. 

Kabar baiknya adalah bahwa penyakit ini dapat dicegah. Kunci dari upaya pencegahannya adalah pendeteksian dini, sehingga dapat diberikan pengobatan pada stadium 0 dengan peluang sembuh 100%. Prodia Women's Health Centre (PWHC) klinik layanan kesehatan khusus perempuan berbasis Women-Wellness yang pertama di Indonesia hadir sebagai wujud dari komitmen layanan sepenuh hati Prodia bagi para wanita. PWHC didesain khusus dengan karakter dan sentuhan perempuan, dan didukung dengan perlengkapan teknologi diagnostik terbaru untuk pencegahan dini maupun pencegahan lanjutan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan perempuan secara menyeluruh, mulai dari pencegahan dini (primary prevention) seperti penyuluhan /edukasi, vaksinasi/ imunisasi, pencegahan lanjutan (secondary prevention ) seperti medical check-up, tes laboratorium lengkap, dan pap smear, hingga konsultasi dokter, baik dokter umum maupun dokter spesialis dan subspesialis. Untuk  mendapatkan informasi lebih lengkap tentang skrining kanker serviks, segera kunjungi www.prodia.co.id. Semakin dini terdeteksi, semakin tinggi pula peluang sembuhnya. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.