Olimpiade 2032 (Energy Of World), Indonesia Bisa !

Kita patut berbangga, karena setelah 56 tahun bergulir, Indonesia kembali mendapat kehormatan sebagai penyelenggaran pesta olahraga terakbar se-ASIA. Dengan terselenggaranya Asian Games ke-18 yang konon berbiaya Rp.6,6 triliun (termasuk pajak Rp1 triliun), tentunya mendatangkan manfaat tidak sedikit bagi bangsa Indonesia. Selain mempromosikan potret capaian kemajuan pembangunan Indonesia kotemporer di mata dunia, aspek prestisius perhelatan internasional menjadi kesempatan emas Indonesia meraih sukses dalam banyak hal, seperti sukses dalam penyelenggaraan (sebagai tuan rumah), sukses dalam pencapaian prestasi (sebagai peserta), dan sukses dalam pemberdayaan ekonomi (sebagai sebuah industri) 

Mengutip ucapan Presiden Soekarno. Olahraga bukan sekadar ber-“men sana in corpore sano” atau untuk ber-“rekreasi” saja, tapi mempunyai tujuan yang lebih tinggi yaitu untuk cita-cita nasional. Olahraga menjadi alat perjuangan bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan. Karenanya, olahraga harus menjadi gerakan untuk memperkokoh persatuan nasional dan untuk memupuk jiwa gotong royong. Soekarno juga mengatakan bahwa olahraga adalah bagian dari Revolusi Kelima, yaitu revolusi manusia Indonesia. Dengan revolusi olahraga maka akan membentuk manusia Indonesia baru yang berani melihat dunia dengan muka yang terbuka, tegak fisik, mental kuat, rohani kuat, jasmani kuat.

Pemerintah Indonesia, kala itu memiliki mimpi besar agar Indonesia dilihat oleh dunia. Asian Games adalah pesta olahraga Asia yang dirintis ketika kekuatan ideologi imperialisme Barat mulai runtuh dan bangsa-bangsa di Asia mulai mendapat kemerdekaannya. Artinya, Asian Games menjadi momentum lahirnya nasionalisme dan solidaritas di antara bangsa-bangsa Asia. Kala itu usia Republik Indonesia masih muda, 17 tahun, namun justru saat itulah catatan prestasi olahraga terbaik kita torehkan dengan meraih posisi kedua diantara negara-negara Asia. Dengan prestasi olahraga, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang mulia, bangsa yang tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Karena itu, olahraga tidak dapat dipisahkan dengan tujuan menjunjung tinggi nama dan kehormatan bangsa dan negara.

Slogan ‘Energy of Asia’ yang diusung dalam Asian Games 2018 kali ini,  harus turut dimaknai sebagai momentum kebangkitan kembali dunia olahraga Indonesia di level internasional. Kekuatan Indonesia juga tergambar dari maskot dipilih, yaitu Bhin Bhin (nama burung cendrawasih dari Indonesia bagian barat), Atung (rusa bawean dari Indonesia bagian tengah), dan Ika (badak bercula satu dari Indonesia bagian barat). Saat semua elemen ini bersatu, ini akan menjadi kekuatan utama yang diperhitungkan dunia. Hal ini juga terdapat pada nilai yang dipegang teguh Indonesia, rumah bagi ratusan etnis dengan begitu banyak bahasa yang berbeda. Para bapak pendiri bangsa telah membayangkan sebuah bangsa yang kuat dan bersatu di bawah filosofi Bhinneka Tunggal Ika.

Tentu saja kesuksesan penyelenggaraan Asean Games ke-18 ini tidak boleh finish sampai disini. Kita boleh berbangga, pahlawan olahraga Indonesia sukses mengibarkan sang Saka Merah Putih hingga mampu bertengger di posisi 5 besar. Masih banyak PR  yang harus digarap pemerintah terkait konsep pengembangan olah raga dimasa depan. Euforia yang digaungkan masyarakat Indonesia dan kebanggaan warga dunia atas terselenggaranya event 4 tahunan ini harus menjadi pelecut segenap komponen bangsa untuk melanjutkan trend positif dengan menjadikan olahraga tidak sekedar entertainment namun juga edutainment bagi pengembangan industri olahraga nasional.

Lebih jauh, Konsep ke depan adalah tantangan bahwa olahraga harus sudah menjadi industri. Perhelatan olah raga harus berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, baik daerah maupun nasional. Manfaat ekonomi yang akan tercipta adalah melalui peningkatan sektor pariwisata dan aktivitas ekonomi lokal, terciptanya lapangan kerja baru, mendorong pengembangan kota melalui pembangunan infrastruktur fasilitas olahraga, dan merupakan ajang promosi untuk citra positif bangsa.  

Sejalan dengan revolusi mental yang menjadi salah satu program yang dicanangkan Presiden Jokowi untuk memajukan dan menyejahterakan bangsa. Presiden menginginkan Asian Games menjadi ajang olahraga besar yang didukung oleh semua elemen bangsa. Dua aspek sebagai faktor penting yang menjamin bergulirnya industri di bidang keolahragaan, yaitu bagaimana membangun olahraga (internal) dan bagaimana menjual olahraga (eksternal). Aspek internal melibatkan partisipasi masyarakat dan perangkat infrastruktur (tools), sebagai pembangun event olahraga (entertainer), sedangkan aspek eksternal meliputi publik, media, dan partner, sebagai penjual event olahraga yang bermutu.

Di lain sisi, Pembangunan industri olahraga diharapkan sekali dapat membantu mengeliminasi persoalan pembinaan olahraga di Indonesia terutama yang berkaitan dengan masalah pendanaan. Dapat dimaklumi bahwa anggaran yang berasal dari pemerintah jumlahnya sangat terbatas dan itu dirasakan sering menjadi kendala dalam proses pembinaaan olahraga. Meskipun demikian, olahraga harus mampu berdikari secara keuangan dengan tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan pemerintah. 

Dengan kata lain, olahraga harus berdaya secara ekonomi! Bisnis atau industri olahraga telah memiliki landasan hukum yang sah dan sangat kuat, sehingga bisnis atau industri olahraga dapat ditumbuhkembangkan  tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global di “perkampungan dunia” ini.

Seiring dengan diberlakukannya UU RI No. 3 Th. 2005, Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, melalui Deputi III, Bidang Kewirausahaan Pemuda dan Industri Olahraga, mulai menata langkah-langkah konkret untuk mengembangkan industri olahraga dalam rangka mendorong tumbuhnya olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olah raga rekreasi, untuk mendorong tumbuhnya industri dan ekonomi nasional yang menyejahterakan masyarakat, dan untuk menanggulangi pengangguran, membuka peluang kerja dan usaha bagi wirausaha.

Dari sisi atlet, Pembangunan dan pengelolaan Politeknik Olahraga Indonesia (POI) yang di bangun di kompleks Jakabaring Sport City (JSC) Palembang menjadi langkah awal yang cukup manis untuk lebih mengindustrikan olahraga.  Keberadaan POI bukan semata-sama untuk mencetak sarjana olahraga tapi punya tujuan jauh lebih besar dalam menghadapi kebutuhan global persaingan olahraga yang sangat kompetitif tapi juga memberikan kesempatan kepada calon atlet masa depan dari 17 provinsi untuk mendapatkan pembinaan lebih intensif. Peresmian POI sendiri berlangsung pada 21 November 2017 lalu yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin bersama Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta. http://sumsel.tribunnews.com 

Event Asian Games tentu tidak hanya mengharapkan nama besar Indonesia saja dari suksesnya penyelenggaraan. Dengan merumuskan manfaat strategis ekonomi maka Indonesia saatnya lebih terarah dalam mencapai keuntungan dalam penyelenggaraan event dalam skala yang lebih besar lagi. Karena masyarakat secara umum akan mengkaji dampak ekonomi apakah memberikan keuntungan bagi mereka atau tidak. Ketika masyarakat berpikir penyelenggaraan Asian Games 2018 tidak memberikan dampak signifikan maka masyarakat tidak akan mendukung terselenggaranya event-event yang lain, sehingga even tidak berjalan sukses seperti yang diharapkan dan dikhawatirkan malah menghasilkan citra negatif bagi Indonesia.

Namun, demi melihat kesuksesan penyelenggaraan Asian Games ke-18 tahun 2018, tentunya lebih membuka mata dunia bahwa sesungguhnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, teratur, cerdas, kreatif, ramah, dan berprestasi. Dengan segala keunggulan yang dimiliki Indonesia, Presiden Joko Widodo pun optimis Indonesia mampu menjadi tuan rumah Olimpiade tahun 2032. Bukan hanya berkaitan dengan penyelenggaraan yang beliau sangat menghargai partisipasi masyarakat, namun juga partisipasi dari volunteer dalam jumlah sangat besar yang bisa digerakkan, dan bisa diorganisasi.

Demi mencapai mimpi Indonesia untuk event skala dunia ini, pemerintah tentunya harus lebih meningkatkan kualitas SDM, melakukan evaluasi secara menyeluruh pelaksanaan program industri olahraga, melakukan studi banding dan belajar ke beberapa negara yang industri olahraganya sudah maju, dan menjalin kemitraan dengan swasta dan media dengan di sertai nota kesepahaman. Selanjutnya adalah, menumbuhkembangkan klub-klub olahraga, menumbuhkembangkan media informasi dan komunikasi olahraga, dan memacu kegiatan promosi dan pemasaran industri olahraga di dalam dan di luar negeri. Terakhir, meningkatkan kapasitas kemampuan pelaku industri olahraga dan industri olahraga itu sendiri.

Energy Of World, Indonesia Bisa !

Referensi :  





Hadapi persaingan global, Kemenpora resmikan Politeknik Olahraga Indonesia

 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.