Ketika Hidup Bukan Sekedar Mencari Laba


Dalam satu kesempatan saya bertemu kawan lama semasa kuliah. Setelah berbasa-basi sebentar dan saling bercerita kegiatan masing-masing, beliau bertanya tentang harapan masa depan keluarga saya kelak.Singkat cerita,jika ingin keluargamu sejahterah dan pendidikan anak-anakmu terjamin, mulai sekarang kamu harus mulai berasuransi, katanya sambil menawarkan produk asuransi perusahaannya disertai keunggulan-keunggulannya. Asuransi? Ketika itu tak ada pikiran dalam benak saya untuk memiliki sebuah asuransi. Apalagi tak sedikit kasus yang beredar di media, tentang banyaknya klaim peserta asuransi yang tak kunjung cair. Beberapa hari kemudian kamipun bertemu lagi untuk membahas lebih lanjut penawaran yang dia berikan. Maaf, saya sudah memiliki tabungan, begitu jawab saya dengan berat hati ketika menolak produk asuransi yang dia tawarkan. Tapi rasa apatisme tentang asuransi pelan-pelan mulai pupus. Kesadaran untuk memiliki sebuah asuransi berbalik ketika saya harus berhadapan dengan meja operasi. Dengan biaya cukup mahal mau tidak mau suami harus bergegas mencari referensi. Alhamdulillah, akhirnya jalan itupun terbuka. Asuransi milik pemerintah membuat saya lebih tenang menjalani masa-masa sulit selama dan pasca operasi. 

“Life is a game of uncertainty”dimana hidup tidak sekedar mencari laba. Hidup kita akan penuh dengan ketidakpastian atau sering disebut sebagai risiko, yaitu sesuatu yang belum pasti terjadi dan belum pasti akibat yang timbul. Misalnya seperti kebakaran, sakit, banjir, kecelakaan dan meninggal. Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti kapan risiko akan terjadi. Risiko bisa saja menimbulkan keuntungan dan kerugian. Ketika timbul kerugian dari peristiwa tidak pasti inilah asuransi jiwa bekerja untuk mengcover risiko kerugian yang dihindari oleh kebanyakan orang. Asuransi jiwa memberi jaminan atas peristiwa tidak pasti di masa yang akan datang dengan pembayaran premi yang sudah diatur dan disepakati oleh kedua belah pihak. Ketika seseorang ikut asuransi jiwa berarti di dalamnya telah terjadi risk transfer antara pihak tertanggung dan pihak penanggung. Asuransi jiwa juga bisa berfungsi sebagai tabungan. Hasil yang diterima pada akhir masa jatuh tempo merupakan kumpulan dari tabungan premi ditambah dengan bunga. Dari sudut pandang bisnis, perusahaan asuransi bukan merupakan perusahaan investasi sehingga bunga yang ditawarkan biasanya lebih rendah dari bunga deposito atau tabungan.






INDONESIA sejatinya memiliki potensi besar untuk pengembangan bisnis asu­ransi. Hal itu disebabkan Indonesia memiliki populasi penduduk yang cukup besar, yakni mencapai 250 juta jiwa. Namun, berdasarkan hasil riset Otoritas Jasa Keuangan, utilisasi produk asuransi di Tanah Air masih sangat rendah, yakni baru 11,8% dan tingkat penetrasinya 2,54%. Terkait dengan hal itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator menargetkan utilisasi atau penggunaan produk asuransi masyarakat mesti mencapai 75% pada 2020 nanti. Penguatan lembaga keuangan non bank di Indonesia diperlukan untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan jangka panjang melalui penempatan obligasi di pasar domestik, pembiayaan infrastruktur, dan perluasan lapangan kerja dengan penyediaan sumber dana murah bagi usaha kecil dan menengah. Industri ini memiliki pangsa pasar kedua terbesar setelah perbankan dan merupakan pemegang pangsa pasar terbesar dalam industri lembaga keuangan non bank. 


Faktanya, resistensi masyarakat Indonesia khususnya dari kalangan menengah ke bawah terhadap produk asuransi jiwa masih sangat rendah. sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa bayar asuransi adalah”buang duit yang dimilikinya’’. Padahal manfaat yang didapat dari asuransi cukup lumayan besar tetapi pada kenyataannya selama ini asuransi nyaris tak tersentuh terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Persoalan menjadi tambah rumit dengan adanya sinyalemen yang dikemukakan oleh Badan Media Asuransi Indonesia bahwa ”Akibat tingginya kasus penolakan klaim oleh perusahaan asuransi, membuat jasa asuransi mendapat sorotan tajam dari masyarakat”. Pernyataan tersebut sebenarnya bisa dikatakan ”pukulan telak” karena menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap asuransi umum di Indonesia. Kondisi ini berpotensi membawa industri asuransi di Indonesia memasuki tahap kritis. 

Alasan mengenai rendahnya tingkat penggunaan produk asuransi pada masyarakat berpenghasilan rendah di atas di respon oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehingga sejak tahun 2013 Otoritas Jasa Keuangan bersama dengan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) berkomitmen dalam program pengembangan asuransi mikro dalam upaya peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap produk asuransi.

Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa asuransi mikro adalah produk asuransi yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, seperti buruh tani, nelayan, buruh pabrik, pramuniaga, pembantu rumah tangga, sopir, dan pedagang kecil. Jumlah masyarakat pada segmen tersebut di Indonesia cukup besar dan memiliki keterbatasan akses terhadap produk asuransi. Dalam Grand Design Asuransi Mikro Indonesia, masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat dengan penghasilan per bulan tidak lebih dari Rp 2.500.000,00. Dengan nilai pertanggungan atau santunan dalam asuransi mikro sebesar tidak lebih dari Rp 50.000.000,00. Objek yang dapat diasuransikan dalam asuransi mikro adalah harta, jiwa, dan kepentingan peserta, sedangkan risiko yang dapat diasuransikan dalam asuransi mikro adalah kerugian keuangan akibat rusak atau hilangnya harta, sakit, cacat, dan meninggal dunia.

Namun, terdapat beberapa faktor yang menghalangi perkembangan asuransi mikro di Indonesia, baik dari sisi permintaan, penawaran maupun dari saluran distribusi. Di sisi penawaran, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan para penyedia jasa asuransi mikro, yaitu ‘membedah’ produk dan jasa mereka, termasuk mengembangkan produk yang sesuai kebutuhan dan dapat dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah, menyederhanakan syarat dan kondisi polis agar lebih mudah dipahami, menyederhanakan dan mempercepat proses klaim. Selain itu, perusahaan asuransi juga harus melakukan inovasi untuk memilih saluran distribusi yang tepat. Penggunaan saluran distribusi yang ada pada saat ini seperti pialang asuransi, agen, dan kantor cabang perusahaan asuransi (direct selling) kurang dapat diimplementasikan karena memerlukan biaya besar sehingga mengakibatkan premi tidak dapat dijangkau oleh segmen masyarakat berpenghasilan rendah.

Sementara itu, di sisi permintaan, kesadaran dan kemampuan di kalangan penduduk berpenghasilan rendah terhadap manfaat asuransi mikro masih kurang. Kesadaran berasuransi mikro perlu ditangani melalui pendidikan dan kampanye untuk memberi informasi yang tepat kepada publik. Adanya persepsi bahwa produk asuransi itu mahal dan proses klaim merepotkan juga perlu diatasi dengan perluasan pengetahuan mengenai asuransi mikro. Dalam konteks kemampuan finansial, perlu adanya produk-produk asuransi yang dapat dijangkau oleh kalangan masyarakat berpenghasilan rendah.

Belum lagi jalur distribusi produk asuransi mikro yang belum menyentuh sampai daerah-daerah pelosok di Indonesia. Selama ini asuransi terkesan hanya milik warga perkotaan saja, padahal lebih banyak masyarakat di daerah hingga pelosok Indonesia yang membutuhkan asuransi khususnya dalam hal ini adalah asuransi mikro. Negara Indonesia adalah salah satu negara kepualauan dimana jalur distribusi produk asuransi mikro ini sendiri terhambat oleh besarnya biaya produksi padahal di sisi lain produk asuransi mikro harus murah sesuai dengan karakteristiknya yang sederhana, mudah, ekonomis, dan segera.

Equity Life Indonesia merupakan salah satu perusahaan asuransi terbaik yang peduli terhadap keberagaman masyarakat Indonesia. Tak hanya menawarkan produk asuransi secara umum asuransi jiwa, kesehatan hingga dana pensiun, Equity Life juga menyasar masyarakat menengah kebawah dengan Menyediakan solusi total dalam perlindungan jiwa dan manajemen kekayaan bagi masyarakat Indonesia. Hingga saat ini perusahaan yang berdiri sejak 30 tahun silam ini telah melayani lebih dari 3 juta nasabah, membuktikan  Equity life mendapatkan  respon positif dari masyarakat indonesia. Beberapa produk asuransi mikro yang ditawarkan adalah :  

PERKASA (Perlindungan Kecelakaan dan Kesehatan) 
Asuransi mikro PERKASA adalah sebuah paket perlindungan ganda yang memberikan Asuransi Kecelakaan Diri sekaligus perlindungan Demam berdarah dalam satu voucher yang berlaku untuk tiga orang. Asuransi mikro PERKASA dapat diperoleh melalui Asia Telecom.  
 Perisai Kecelakaan 
Perisai Kecelakaan adalah asuransi kecelakaan diri yang memberikan santunan apabila terjadi kecelakaan seperti kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja dan kecelakaan yang terjadi di rumah dan di tempat umum. 

Perisai Kesehatan 
Perisai Kesehatan program perlindungan kesehatan yang memberikan manfaat santunan harian bagi peserta yang dirawat inap karena penyakit atau kecelakaan.  

Asuransi Demam BerdarahKu 
Asuransi Demam BerdarahKu memberikan perlindungan dari risiko terkena penyakit Demam Berdarah ataupun meninggal karena Demam Berdarah. 

Asuransi Seru 
Equity Life Indonesia mempersembahkan Asuransi Seru yang memberikan santunan apabila terjadi kecelakaan seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja dan kecelakaan yang terjadi di rumah dan di tempat umum.

Sebagai institusi yang menawarkan ”bisnis janji”- karena layanan klaim yang baru terjadi di masa depan sesuai dengan resiko yang di cover, komitmen industri asuransi terhadap masyarakat menjadi ”harga” yang tidak bisa ditawar lagi. Selama prinsip tersebut diabaikan, maka industri asuransi akan semakin kritis dan tertinggal terus. Apalagi dalam menghadapi tantangan globalisasi ekonomi- yang ”suka-tidak suka”, ” mau-tidak mau”, ”siap-tidak siap” harus menjadi perhatian para insan atau pelaku di industri asuransi di Indonesia. Selamat Hari jadi Equaity Life Indonesia yang ke- 30. Semoga akan senatiasa membawa dampak yang cukup signifikan sesuai dengan taglinenya ‘’bekerja untuk Indonesia’’, agar dikemudian hari seluruh lapisan masyarakat Indonesia bisa terlindungi oleh asuransi.



Referensi :
KARAKTERISTIK DAN PERAN ASURANSI MIKRO DI INDONESIA
2020, Utilisasi Asuransi Mesti 75%
Grand Design Pengembangan Asuransi Mikro Indonesia








Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.