Smart Education : Kunci Kemajuan Bangsa, Solusi Membangun Generasi Emas Indonesia
![]() |
http://www.learniseasy.com/ |
Rasanya tak salah
jika setiap orang tua menginginkan anaknya bisa berprestasi sedari kecil.
berbagai upayapun ditempuh, mulai memasukkan sekolah diusia yang sangat dini. Berlanjut ke sekolah bertaraf international. Hingga memasukkan ke berbagai kursus yang konon
katanya terbaik dan mampu menjadikan si anak insan jenius melebihi stephen
hawkins. Kenyataan pahit itulah yang menimpa seorang kawan yang begitu menggebu
memasukkan puteranya ke lembaga kursus yang cukup ternama. Awal-awal anaknya
memang terlihat bersemangat, begitu cerita si ibu tadi. Namun sayang,
percapaian dan target yang terlalu tinggi dari lembaga kursus tersebut, dimana
ketika pulang si anak harus dibebani lagi dengan setumpuk pekerjaan rumah. Pada akhirnya
dia menjadi kehilangan semangat dan tak acuh lagi dengan pembelajaran yang
sudah terprogram sejak awal. So, ternyata memberikan pendidikan terbaik tidak
selalu sejalan dengan ‘’ego’’ orang tua. Melibatkan anak dalam pemilihan
pendidikan baik formal maupun lembaga informal adalah kunci agar anak bisa menjalani
rutinitas belajar dengan perasaan yang nyaman sehingga outputnya juga maksimal.
Pendidikan secara
umum diyakini menyimpan kekuatan untuk menciptakan secara keseluruhann visi
kehidupan dalam menciptakan peradaban manusia. Pendidikan dalam kehidupan
sosial kemanusiaan, merupakan satu upaya yang dapat melahirkan proses
pembelajaran yang dapat membawa manusia menjadi sosok yang potensial secara
intelektual melalui proses transfer
of knowledge dan proses transfer of values. Dukungan
terhadap pentingnya kontribusi pendidikan dalam membangun bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang besar di antara negara-negara di dunia ini, sesungguhnya
telah tertuang di dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang mengamanatkan
bahwa, pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga
Indonesia. Dalam dokumen Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang disusun oleh Menko Perekonomian, diharapkan
bahwa pada tahun 2025 Indonesia menjadi negara yang mandiri, maju,adil dan
makmur dengan pendapatan perkapitan 15.000 dollar AS dan menjadi kekuatan
ekonomi 12 besar dunia. Lebih jauh, pada tahun 2045 Indonesia
diproyeksikan menjadi satu dari 7 kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan
perkapita 47.000 dollar AS.
Maka salah satu
dari sekian banyak persoalan bangsa ini adalah bagaimana pendidikan harus “digarap”
agar supaya dapat mengantarkan calon-calon pemimpin bangsa tahun 2045
menjadi “generasi emas” yakni generasi yang Energik, Multitalenta, Aktif, dan
Spriritual. Untuk itu mulai tahun 2011 telah dilakukan gerakan pendidikan anak
usia dini, penuntasan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, penyiapan
pendidikan menengah universal. Di samping itu, perluasan akses ke perguruan
tinggi juga disiapkan melalui pendirian perguruan tinggi negeri di daerah
perbatasan. Dalam kerangka itulah, pendidikan diharapkan dapat memberi
sumbangan bagi perkembangan seutuhnya setiap orang, baik jiwa, raga,
intelijensi, kepekaan, estetika, tangung jawab, dan nilai-nilai
spiritual.
Pemerintahpun telah berkomitmen untuk
mengalokasikan 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2018 untuk pendidikan, tujuannya tak lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan serta mencapai sasaran program pemerintah. Di antaranya adalah Program
Indonesia Pintar ditargetkan dapat dimanfaatkan oleh 19,7 jiwa, Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) untuk 56 juta siswa, Bidik Misi untuk 401 ribu
mahasiswa, serta perbaikan ruang ruang kelas. Indikator pendidikan juga ditargetkan mengalami perbaikan
pada tahun ini. Angka Partisipasi Kasar diharapkan meningkat menjadi 89,7% dari
88,1% (outlook 2017) dan Angka Partisipasi Murni meningkat menjadi 65,3 persen
dari sebelumnya 63,4%. Guna mencapai target tersebut, pemerintah mengalokasikan Rp
444,1 triliun untuk anggaran pendidikan, yang berarti meningkat Rp 24,3 triliun
naik 5,8% dari anggaran sebelumnya. Jumlah tersebut mencapai 20% dari total
belanja negara sebesar Rp 2.220,7 triliun.
Demi memenuhi harapan semua elemen bangsa tentang bagaimana kualitas generasi emas di tahun-tahun penuh tantangan, maka konsep Socio-Multicultural-Art-Reality-Technology (SMART) Education menjadi jawaban
atas tuntutan global. Konsep ini memberikan paradigma baru, bagaimana membangun
karakter keilmuan generasi mendatang tanpa meninggalkan harfiah mereka sebagai
manusia seutuhnya. Smart Education merupakan konsep dan gagasan mengenai integrasi
aspek kehidupan sebagai sumber belajar (learning sources), materi
belajar (learning material), dan tujuan pembelajaran (learning
objectives). Kaitan dengan konteks
pembangunan manusia seutuhnya, pendidikan
merupakan proses memanusiakan manusia. Kata kunci memanusiakan manusia, dapat dimaknai sebagai sebuah proses
pembelajaran sepanjang hayat (longlife education), proses yang
tidak pernah berhenti, proses yang melewati dimensi ruang, waktu, dan peradaban (civilization)
Dalam publikasinya, UNESCO memperkenalkan empat pilar pembelajaran, yaitu : Learning to know, Learning to do, Learning to live
together, dan Learning to be.
Learning to Know adalah proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menguasai teknik
memperoleh pengetahuan dan bukan semata-mata memperoleh pengetahuan. Sikap
pembelajaran yang sesuai: “joy of discovery”
Learning to do, pendidikan mengandung makna atau berimplikasi tentang perlunya pendidikan
profesional secara konsekuentif, bermuara pada paradigma pemecahan masalah yang
memungkinkan seorang mahasiswa berkesempatan mengintegrasikan pemahanan konsep,
penguasaan ketrampilan teknis dan intelektual, untuk memecahkan masalah dan
dapat berlanjut kepada inovasi dan improvisasi. Sikap pembelajaran yang sesuai: joy
of being succesful in achieving objective
Learning to live together, pendidikan diarahkan sebagai proses memasyarakatkan
manusia. Pendidikan sebagai pemersatu di dalam keberagaman (unity in
diversity). Melalui pendidikan manusia diharapkan bisa hidup
berdampingan dengan manusia lainnya untuk mencapai keharmonisan dan
keseimbangan dalam kehidupannya. Sikap pembelajaran yang sesuai: joy of
getting together to achieve common goal.
Learning to be, hasil akhir pendidikan adalah manusia yang mampu mengenal dirinya yaitu
manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Manusia yang utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang dapat mengendalikan dirinya, yang konsisten dan yang memiliki rasa empati (tepo sliro), atau dalam kamus psikologi disebut memiliki “Emotional Intelligence”
Dalam ranah ini, Pendidikan non-formal sebagai bagian
dari system pendidikan nasional memiliki tugas sama dengan pendidikan lainnya
(pendidikan formal) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat, baik yang menyangkut persoalan pendidikan maupun
persoalan sosial lainnya. Pada sisi yang lebih ideal pendidikan nonformal
semakin dibutuhkan terutama dalam usaha pengembangan dan implementasi belajar
sepanjang hayat (life long learning). Pertama,
sebagai pelengkap (complement) bahan belajar yang diselenggarakan di sekolah; kedua sebagai penambah (supplement)
bahan belajar yang dipelajari di sekolah; dan ketiga, sebagai lembaga pilihan lain yang berdiri sendiri
(substitut).
Lebih daripada itu, upaya pendidikan sejatinya merupakan
kegiatan penyerapan dan internalisasi ilmu, yang pada akhirnya diharapkan mampu
membawa peningkatan taraf kehidupan bagi individu maupun masyarakat dalam
berbagai aspek. Keunggulan
lain yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non formal sebenarnya ada pada
fleksibilitas waktu yang dimiliki. Selain bisa dijalankan secara manunggal,
pendidikan non formal bisa dijalankan pula secara berdampingan dengan
pendidikan formal. Tak mengherankan apabila belakangan lembaga pendidikan non
formal tumbuh dengan pesat, berbanding lurus dengan tingginya minat masyarakat
terhadap jenis pendidikan tersebut.
Tidak sampai disitu, bahwa
kemunculan lembaga pendidikan non formal seperti lembaga pelatihan bahasa
misalnya, sebenarnya tidak hanya berfungsi untuk menyiapkan diri dalam
menghadapi persaingan di era globalisasi. Setidaknya dengan penguasaan bahasa
asing, individu akan dimudahkan dalam melakukan penyerapan berbagai ilmu
pengetahuan yang saat ini hampir semua referensi terbarunya hanya tersedia
dalam bahasa asing. Selanjutnya keunggulan tersebut dapat pula memperluas
peluang individu dalam menangkap berbagai kesempatan. Hebatnya lagi, tersedia
pula lembaga pendidikan non formal yang tidak hanya membekali lulusannya dengan
ilmu, namun juga membekali sikap kemandirian yang mendorong terciptanya
kesempatan untuk berwirausaha. Ini merupakan bukti nyata upaya memperkuat
struktur riil perekonomian masyarakat yang belakangan makin terpuruk.
Namun dibalik semua
keunggulan dan variasi lembaga pendidikan non formal yang tersedia, kejelian
masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan non formal sebagai wahana untuk
mengasah keterampilan dan menyiapkan diri dalam menghadapi persaingan penting
untuk dipertahankan. Indikator yang paling sederhana adalah seberapa besar
kesesuian bidang pelatihan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non formal
dengan minat maupun bidang yang ingin digeluti. Tujuannya, tentu
tidak lain supaya keahlian yang didapatkan dari pelatihan lembaga pendidikan
non formal dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi minat dan dunia yang
kita geluti, serta meningkatkan keunggulan kompetitif yang kelak
akan diperoleh. Lebih lanjut, kejelian
dalam memilih juga berfungsi pula agar investasi finansial yang telah ditanamkan
tidak terbuang percuma karena program yang sedang dijalani "terhenti di
tengah jalan".
Berangkat
dari kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan berkualitas, Edu Center hadir menjadi solusi dalam
menjawab tantangan global. One
Stop Education of Excellence, Edu
Center mengumpulkan berbagai macam kursus pendidikan ternama yang dapat
membantu kreatifitas dan aktifitas murid-murid di dalam satu gedung, sehingga
akan meningkatkan efektifitas waktu dan fokus murid-murid. Sedangkan untuk para
orang tua murid, keberadaan Edu Center akan meningkatkan efektifitas biaya dan
waktu serta meningkatkan faktor kenyamanan ketika mendampingi
anak-anak. Konsep orisinil tersebut lahir dari problem yang dihadapi
oleh seluruh murid dan juga para orang tua murid (berdasarkan hasil survey
kepada 100 murid dan orang tua murid dengan metode sampling) yang kemudian di
analisa selama lebih dari 24 bulan dan diwujudkan dalam sebuah konsep bernama
Edu Center.
![]() ![]()
Keunggulan lainnya, Gedung Edu Center dibangun dengan
design arsitektur yang modern, menarik, unik dan juga berkelas serta dipadukan
dengan nilai-nilai estetika yang diharapkan anak-anak beraktifitas dengan cara
menyenangkan. di dalam gedung berlantai tujuh di kawasan BSD City ini terdapat
berbagai institusi maupun lembaga pendidikan berkualitas antara lain Apple Tree
PreSchool, Young Chefs Academy, CMA Mental Arithmetic, Shane Learning Centre,
Calculus, Flamingo Ballet, Global Art, UniSadhuGuna, dan masih banyak lagi,
sehingga anak dapat belajar dan berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. berbagai macam bidang keilmuan yang ditawarkan seperti kursus
English, mandarin, matematika & fisika, seni music, balet, tari dan
melukis, tataboga hingga lembaga pra-sekolah anak (pre-school) menjadi
investasi tak ternilai dimasa depan mereka. Faktor kenyamanan juga menjadi perhatian pengelola
educenter, dengan tersedianya playground, restoran, maupun foodcourt dimana
anak diberikan jaminan tidak akan merasa terbebani selama beraktifitas.
Kehadiran Edu Center tentu menjadi angin segar bagi
kemajuan pendidikan bangsa Indonesia. Apalagi jika manajemen Edu Center
berkenan memberikan kesempatan kepada generasi emas di pelosok tanah air untuk menikmati berbagai kemudahan belajar yang ditawarkan Edu Center dengan membuka cabang di
kota-kota besar lainnya, semoga.
Artikel ini diikutsertakan dalam #EduCenter Blog Competition
|
Leave a Comment